Jadilah Lelaki Perkasa, Seperkasa Kuda Putih

Tuesday, October 28, 2014

Vany: Exposure of a Secret

BACA INI DULU (PENTING) !!!

  • Tulisan / Cerita Dewasa ini hanya berbentuk khayalan saja.
  • Cerita ini tidak pernah terjadi dimanapun dan kapanpun, cerita ini palsu.
  • Semua nama dan karakter yang di gunakan dalam di cerita ini adalah Fiksi atau Palsu.
  • Semua karakter fiksi atau Palsu di cerita ini adalah umur 17 tahun dan ke atas.
  • Penulis sama sekali tidak mendukung akan pemerkosaan, dan mengancam untuk seks atau tindak kriminal lain yang berlawanan dengan hukum.
  • Jangan ada yang mencoba-coba melakukan hal tindak pemerkosaan kriminal lainnya, hormati wanita di dunia nyata, bila anda ingin jadi pria yang di hormati.
  • Bila anda di bawah umur 17 penulis harap jangan membaca cerita dewasa ini.
  • Terima kasih Silahkan Menikmati "Vany : Exposure of a Secret"
...............................................................................................................................................


Vany
Namaku Vany, kini umurku 17 tahun, statusku adalah sebagai siswi SMA kelas 2 di salah satu sekolah terkenal di daerah tempat tinggalku. Semenjak mulai kelas SMA 1 aku sudah tidak tinggal bersama orang tuaku lagi, karena sekolahku lumayan jauh dari tempat tinggalku. Oleh karena itu ortuku belikan saya sebuah rumah dekat dengan sekolahku, dan juga kampus yang akan saya ikut kedepan.
Selain itu aku juga di beri sebuah mobil saat ulang tahun 17 tahun kemarin, untuk memudahkan saya berangkat kemana saja. Sedikit tentang diriku, aku seorang chinese dengan rambutku hitam pendek sebahu, dan fisikku ideal, tidak kurus, tidak gemuk. Aku dikaruniakan wajah yang cantik dan bersih, dan kulit tubuhku juga bagus dan mulus. Aku mempunyai hobi yang normal, yaitu berfoto, dan aku sangat suka sekali self-potrait dengan iPhone ku, bahkan juga saat aku tidak mengenakan pakaian.
Tetapi foto nakal itu selalu saya hapus setiap saat, karena saya hanya bergurau saja dan tidak berencana menyimpan foto telanjangku sendiri. Sudah setahun lebih dan aku sudah terbiasa dengan tinggal sendiri, hari-hari terlewat normal saja dan aku juga sangat menikmati hidupku disekolah.
Hingga peristiwa yang satu ini terjadi, ini adalah sebuah mimpi buruk, dan ini juga salahku.

############################
Chapter 1. Exposure of a Secret

Hari senin, waktunya sekolah.
"Hai Van! :D", sahut teman baikku Elis ketika saya baru saja tiba di kelas.
"Hai Elis! hari senin cuman kamu yang paling semangat ya :), kataku.
Setelah berbincang sedikit akhirnya pelajaran juga mulai. Waktu berlalu terasa lama dan akhirnya saatnya pulang sekolah juga.
"Hari yang panjang nih, oh ya aku masih ada les ballet, ketemu lagi besok ya!” temanku Elis berkata dan pun bergegas pergi.
Aku juga mau bergegas pulang, buat apa juga di sekolah lama-lama. Tapi aku terkejut saat tanganku hendak mengambil kunci mobilku dari tasku dan tidak melihat iPhone di tasku, biasanya selalu ditaruh di situ. Aku buru-buru lari kembali ke kelas dan mencari, dan tidak ketemu juga setelah beberapa saat, di kelas tidak lagi ada orang, dan sekolah juga sepi. Tiba-tiba...
"Alo Van, lagi cari apa?", tanya Erwin salah satu siswa di kelasku.
Erwin ini tubuh nya agak gemuk dan besar dan lebih tinggi dariku, dan kulit nya hitam, aku amat jarang berbicara denganya. Bukan karena saya milih-milih teman, tapi saya memang pendiam dan pemalu, lebih sering dekat dengan sesama cewek.
"umm, Win, kamu bisa bantu cari HP ku gak? hilang nih", aku minta tolong kepadanya.
"oh, yg gedek dan berukuran segi panjang ini ya? kutemukan di kantin tadi nih, tak kira punya Vany", kata Erwin.
aku lega saat yg dia maksud adalah iPhone dan ada di tangan nya, berarti saat di kantin HP ku tertinggal tanpa sadar, gara-gara ke asyikan obrol dgn teman.
"iya win, terima kasih ya", kataku.
"masa cuman dapat terima kasih sih, hmmm, ini kan mahal, aku pantas dapat yang lebih 'Baik' dong??," Erwin.
"huhh?? ok, saya traktir kamu makan aja gimana??, boleh saya minta HP ku Win??", pintaku.
"maksudku yg mahal itu INI!! HAHAHA!", teriak Erwin sambil memperlihatkanku iPhoneku sendiri.
Saat ini aku sangat kaget, kenapa ada banyak foto bugil ku di HP ku sendiri, aku memang sering berfoto begitu tetapi selalu aku hapus. Diriku mulai berpikir, kenapa bisa begini, dan setelah ingat-ingat, ternyata semalam saat asik berfoto bugil di kamar mandi, aku jadi lupa menghapusnya karena aktivitas lain. Foto itu hasil potretan focus 4 MegaPixel, bayangkan betapa jelasnya setiap detil-detil wajah, dan tubuh dari bagian atas hingga bagian bawah. Orang tak kenalku pun tau itu adalah wajahku. Saya hendak merebut iPhoneku kembali,
"Sudah WIn! kembalikan! aku mau pulang!"
namun aku tidak bisa merebutnya dari Erwin karena tenaga nya lebih kuat dariku, dan tiba-tiba masuk lagi siswa sekelas lain yaitu Derman, Dodi, Anton, Gazali, dan Bobi.
"wah wah Win, beraksi sendiri nih ya, kukira kita beraksi rame-rame", kata Derman.
Mereka ini semua terkenal akan reputasi buruk, mau dalam sikap atau nilai, dan dari mereka tidak ada satu pun yg ganteng.
"hahaha, solo nih man, solo!", teriak Erwin.
Mereka ber-6 tertawa.
"sekarang ikut kamu ke kos Erwin, kita tadi sudah kirim foto ini ke BB kami dengan Whatssap, jadi jgn bnyk tingkah!", bentak Derman.
Aku terpaksa ikut, dan juga lebih baik bernegosiasi di tempat lebih sepi.

Akhirnya tiba di Kos Erwin yg sempit,kulihat jam nya tepat di jam 1 siang, dan bau keringat ini. Negosiasi pun di mulai.
"begini saja aku beri kalian uang, hapus foto-foto itu", usulku.
"gak! ini peluang emas, haha kita gak sebodoh itu, uang makan habis. tapi kamu beda, kata Erwwin.
"sekarang buka pakaian mu semua! cepat, kalau gak kita kan sebar foto ini hingga ke semua orang!", bentak Derman.
AKu pun tidak berdaya lagi mau lari juga tidak bisa, aku cuman bisa nurut saja. Ini akan jadi pengalam pertamaku bugil di depan orang lain, dan ini ada 6 orang! Aku perlahan mulai lepas seragamku, kemudian rok, dan sisa bra dan celana dalam putih.
"ayolah guys..tidak usah sampai begini donk, please aku bisa kasih yang lain tapi jangan yang ginian dong", mintaku pada mereka.
"kamu banyak omong kita kirim ke orang lain ya, mulai dari tim basket lalu ke tim sepak bola hingga satpam!!", teriak Dodi.
"Hahaha 1 foto saja size-nya saja 5Mb, gila jelas banget nih foto, siapa gak kenal kalau gini?", kata Anton.
Akhirnya aku putus asah juga, ku buka Bra ku kemudian celana dalamku. Dadaku dan vaginaku ter eskpos habis di hadapan mereka semua. Apalagi rambut vaginaku baru saya cukur sampai habis total sehingga terlihat jelas sudah oleh mereka.
"eee, ok...begini saja kan..? udah...kan?, sekarang...hapus foto..semuanya..",kataku sambil gemetaran.
"kamu becanda ya?? permainan belum mulai ini mah pemanasan doank!, Derman.
Mereka semua tertawa. Kini aku sadar dan mengerti sudah apa mau mereka semua.
"ok sekarang perintah kami dan kamu apain lu, lu turutin saja!, kalau ngga lu bakal jd terkenal!, ancam Erwin.
Aku di perintah duduk di atas tempat tidurnya Erwin dan mereka ikut naik juga dan mengelilingiku,
dan mereka mulai melepas pakaian mereka hingga bugil dengan ama cepat. Derman mulai menarik tubuhku hingga bersandaran di tubuhnya, tangannya tiada henti meraba payudaraku, perut, hingga ke ketiakku yang putih mulus. Kemudian kedua pahaku mulai di buka lebar oleh Anton dan Gazali dari kanan dan kiri dan di tahanin. Sepertinya salah satu dari mereka sudah siap menerkam vaginaku.
Dan orang pertama adalah Erwin.
Gazali, "nih Win jatahmu, kamu yg menemukan HP itu juga"

+ Erwin De BOSS

Erwin, Anton, Gazali, Bobi, Derman & Dodi

tanpa basa basi lagi, "Sluuurrrpppp, SLuurrrpp, cap..cepp..capp...SLurrrrppp!!" Erwin menghisap dan dan menjilati vaginaku yg tanpa ada sehelai rambutpun, dia melakukanya seperti sedang menghisap mie saja.
"Sluuurrppp...SLuurrrppp...cap..cepp..spok.."
"eeeeeeekkkkk, hentikan!! nnngghh..!!, rontaku namun badan ku tidak bisa bnyk bergerak semua arah tubuhku di tahanin, seluruh bagian vaginaku terasa geli dihisap, dan dijilatin, terutama di bagian klitoris.
"hahaha, ayoo Erwin go go go!!"
"Hahaha gimana Van enak kan?? biar kita2 yg urus aja kmu bakal puas pokoknya! hahaha!"
Sorak mereka amat bahagia, aku tidak bisa berbuat apa2 selain menutup mata dan, menggigit bibir saja.
"SPopp! sluurrpp Ahhh segar!! memek perawan!", Erwin.
akhirnya Erwin puas, vaginaku basah berlumuran ludah nya. kemudian dia menegak dan alat kelamin Erwin sudah ada di depan bibir vaginaku. aku tarik nafas panjang, tidak ada jalan lagi, perawanku akan di renggut. Pelanpelan dia memasuki Penisnya yg panjang 13cm, dan tebal 4cm ke liang vaginaku.
"nggggg......jangan....aaaaa...aaa..sakit...!", aku meronta dan menggerakan tubuhku, dan mereka pun mengunciku lebih keras lagi.
"ceeepp..." akhirnya pentrasi sudah sempurna, liang vaginaku terasa panas dan masih sakit. ada sedikit darah keluar dari situ. Aku sampai berkeringatan melalui hal dan menangis, dan Erwin membiarkan penisnya tertanam di vaginaku, spertinya dia tidak ingin aku kesakitan.
"hebat lo win, cuit cuit!", sorak teman-teman Erwin.
"dah, sshh! jangan berisik jink!, bentak Erwin kepada teman-temannya.
dan Erwin berkata padaku, "tenang aja Van, jangan menangis ini saya biarin memek lu beradaptasi dulu baru nanti ku pompa, kita juga tidak bermaksud nyakitin lu koki"
Aku yang dalam keadaan takut dan pusing cuman diam dan ngangguk-ngangguk saja. Setelah itu Erwin mulai memompa perlahan, dan ternyata kata dia memang betul tidak begitu sakit lagi. Bila saat tadi baru masuk lngsung pompa pasti akan sakit banget, untunglah. “Untung!?” apa yang saya pikirkan, ini lagi nasib sial! Erwin mulai memompa dengan cepat, aku menutup mulutku dan mataku rapat tidak ingin bersuara dan melihat.

Bobi, "Van keluarkan saja suara lu, akan lebih enak, jangan di tahan-tahan dunk, hehe"
Gazali, "iya Van, seperti gini Van, ahak ahak ahak!, hahaha!”
Dodi, "mata tidak sah di tutup juga dunk, matamu cantik banget sayang kalau di tutup, hihi.”
Mereka tertawa-tawa mengejekku sambil menggerayangi tubuhku. Setelah 15 menit Erwin memompa vaginaku, kemudian dia mulai menarik tubuhku naik dan dia terbaring, tentu penis nya masih tertanam di vaginaku. Sekarang posisinya adalah saya di atas, atau woman on top. Dia memompa cepat dari bawah hingga tubuhku naik turun, tanganku sudah tidak di tahan oleh yang lain lagi, kini tangan tangan Erwin menggenggam tanganku. Pikiranku berkata sendiri, perasaan ini terasa enak, bahkan lebih enak dari masturbasi. Tanpa sadar aku mengeluarkan suara pelan
 "uhhh...aahh.." dan nafasku menjadi cepat.
Mereka melihatku dalam keadaan begini amat gembira dan tersenyum. Setelah 15 menit....
"Van..! dah mau keluarr! buka.. mulut lu!!", perintah Erwin.
Aku turutin saja, tiba-tiba dia langsung mencabut penisnya dari vaginaku dan kepalaku langsung di tekan ke penisnya dengan cepat.
"creeettt...creettt...." semprotan sperma Erwin ke dalam mulutku, banyak sekali spermanya membuat mulutku dalam kesulitan.
Erwin,"di telan ya! awas kalau di muntahin, itu hadiah buat lu karena sudah memuaskanku."
Aku dengan terpaksa telan saja walau sulit banget, anggap saja seperti minum obat cina (karena pada dasarnya obat cina terasa aneh).
Erwin,"sudah telan??, coba buka mulutlu!", aku pun buka mulutku dan dia gembira karena aku telah menelan semua sperma nya.
Erwin, "nih masih ada sedikit peju di kontol gue, bersihin!", mulutku sekali lagi menelan penisnya dan membersihkan sisa cairan itu, dan kutelan.
Erwin pun menjauh dari tubuhku dan duduk di kursi beristirahat, dan tangannya memberi kode kepada temannya sebagai tanda giliran mereka. Sekarang masih ada Derman, Dodi, Gazali, Bobi, dan Anton, 5 orang. Aku rasa ini akan jadi hari yang panjang.
Giliran ke 2 adalah Derman, "ayo Van, kini giliranlu puasin gue!", perintah Derman.


+ Giliran Derman si Cerewet
Derman langsung baringkan tubuhku dan kepalaku di beri bantal.
"creeep" dia mulai memompa vaginaku, terasa seperti tadi Erwin memompaku, mngkin ukuran penisnya sama.
aku kembali perlahan mengeluarkan suara tadi " uhhh...ahh..."
setelah 15 menit terus terus begini rasanya seperti membuat vaginaku ingin megeluarkan air banyak, rasanya sperti mau pipis dan aku mulai tak karuan, suara nafasku meningkat dan teriakanku mulai terdengar keras
"ahh...ahhhh...!"
Bobi,"sudah saat nya! Ton cepat rekam!"
kemudian si Anton mulai pencet rekam dengan handycam canggih yang sudah disiapin entah sejak kapan!, dan tentunya merekamku yg sedang diserang perasaan enak ini dan sudah telat untuk menghentikan perasaan ini, tiba-tiba...
"crrrr....srrrr" vaginaku menyemburkan air, dan aku pun mencapai orgasme, tubuhku mengejang dan gemetaran lalu aku mulai teriak keras, "ahhhaahhh!....hahhh!...hahhh..! uhh..."
Terasa capek sudah pada sekujur tubuhku saat mencapai orgasme itu, tubuhku saja masih gemetar terutama pada bagian pahaku dan gilanya Derman masih belum keluar juga...oohh ampun dan masih ada 4 orang!!
Derman, " nih Win, lu Boss nya tapi masih kalah ma gue nih! hahah!
Erwin, "Sialan loe Jink! gwa mah blm keluarin power-power gua, loe tau gak!
"Huhahahahhaha!!", Mereka semua tertawa bahak-bahak.
Sepertinya Derman ini ikutin jejak Erwin bagaikan dia mentornya saja, dia mengangkat tubuhku dan hingga berposisi Woman On Top lagi.
"Man... sudahlah cepatan ya...masih ada 4 orang aku tidak mau sampai kecapekan gini..cepetan keluarin deh..", mintaku padanya, padahal maksudku agar aku tidak terlalu capai, tetapi mereka anggap itu lelucon lagi.
Derman,"wahh nih Vany minta peju ma Derman loh! pakai cepet-cepet lagi! hahaha!"
Gazali,"cuii cuiit vany hobi minum peju ya, ntr hbs ini gwa yg ngasih ya Van, sabar ya. hahah!!, kembali mereka tertawa kerass.
Maka aku pikir, lebih baik aku diam saja deh!!!!!

Derman kembali memompa vaginaku dari bawah dengan kecepatan luar biasa.
"uuhhh...uhh...hahh..", di pikiranku hanya harap si Derman ini cepeten keluarkan sperma dan selesai sudah. Setelah 15 menit, Derman sudah capai tingkatnya.
Derman,"woghh...sini mulut mu!, dia mencabut penis nya dan beridiri lalu kepalaku di tariknya hingga mulutku tertanam penuh dengan penisnys.
"Crettttt....CROOOoooooooooooTTT!!", "TELAN TUH SEMUA! TADI MINTA-MINTA PEJU KAN!??", teriak Derman.
Sperma yang kali ini luar biasa banyak di dalam mulutku, seperti dua kali lipat lebih banyak dari Erwin. Amat sulit untuk menelan semuanya, kepalaku harus berhadap ke atas dan pelan-pelan menelannya. Setelah itu aku kembali di suruh membersihkan sisa-sisa sperma di penisnya dan menelan lagi. Kemudian Derman menjauh dan istirahat sambil duduk, disudut ruang, namun dia tidak tampak begitu lelah, mmg mengerikan.
"hahhh...hahh..,sudah ya, aku tidak kuat lagi, hahh...", mintaku namun jelas kata-kataku percuma saja, aku sudah bagaikan budak bagi mereka.


+ Giliran Dodi, dan Anton (Tag Team)
Dodi,"gua sekarang!", sambil menaikkan lengannya macam absensi saja.
suasana tidak seheboh tadi lagi pakai teriak-teriak, pada udah terlihat fokus saja untuk seks denganku. Dodi membalikkan tubuhku, dan aku disuruh merangkak hingga menjadi posisi Doggy-Style. Dodi berlutut di belakang vaginaku dan mulai memompa dengan cepat. Aku melihat Anton menyerahkan handycam ny ke Erwin dan menuju ke arah mulutku.
Anton,"nih hisap kontol gue!"
sekarang aku sekaligus meng-servis 2 orang, dari belakang Dodi memompa vaginaku, dan di depan aku mengulum penis Anton. Penis mereka tampak mirip-mirip saja ukurannya, mungkin karena faktor usia sama. Anton sering menarik kepalaku sehingga penis tertancap lebih dalam ke mulutku, dan ditahan lama-lama. ini membuatku amat tidak nyaman hingga aku batuk-batukan, dan mataku basah oleh air mata. Stelah 15 menit, Anton dan Dodi bertukar posisi. Kini giliran Anton yang memompa vaginaku dalam posisi doggy-style. Dodi tidak seperti Anton main paksa-paksain masuk ke mulut, dia lebih memilih kuluman biasa. Gairahku kembali dan aku kembali di serang perasaan hanyut lagi. Namun aku tidak dapat bersuara kali ini karena mulutku sedang mengservis penis Dodi.
Pikirku, tidak baik, aku tidak boleh orgasme terus, masih ada 2 orang belum seks denganku, akan amat derita nantinya bila kecapekan. Tapi apa boleh buat, perasaan ini amat kuat tidak bisa di lawan. Setelah 10 menit, aku akhirnya orgasme lagi, ini udah ke 2 kalinya, kali ini ridak mengeluarkan air vaginaku.
"hahhhhh.....ahhhahhh......uhhhh", jeritanku panjang.
Si Anton dan Dodi cas dengan tangan mereka, seperti bahagia banget udah kerja sama membuatku orgasme.
parahnya aku yg di landa orgasme ini tidak diberi ampun untuk istirahat.
Anton langsung mencabut penisnya, dia membaringkan tubuhku lalu dia menarik tubuhku hingga bersandaran ditubuhnya, bagaikan duduk di kursi santai saja dan Dodi membuka lebar kedua pahaku dan langsung memompa vaginaku dengan ganas. Sedangkan Anton mencubit-cubit pelan kedua putingku yang bewarna coklat, tangannya juga memeras dadaku. Padahal aku belum pulih dari orgasme kedua ini, sekarang malah di hantam bagian bawah maupun atas dengan lebih ganas.
tidak lama dalam keadaan begini dalam 3 menit aku mulai orgasme lagi yg ke 3 kalinya, dan yang kali adalah multi-orgasme.

"AAAAAHHHHHHHHH.....AMMMM....PUNnnnn......AHHhhhhhhahhhhhhh.....!!!!!, teriakku.
"Cresssssss" kali ini banyak air semprot dari vaginaku, sprei kasur ini sudah basah banget oleh cairan vaginaku. Setiap detik itu direkam dengan handycam oleh yang lain. Kembali lagi mereka cas dengan tangan mereka "Plok", bagaikan kerja sama tim yang amat baik. Sedangkan tubuhku kejang dan gemetar hebat, nafasku sudah tidak teratur lagi. Tanpa ada istirahat lagi, Dodi kembali memompa vaginaku dengan lebih cepat dari sebelumnya.
"ahhh....jang...annnnn...sudah...ampp...punnnn....ngggheeee...", teriakku kali ini bener-benar sudah capek dan tidak sanggup lagi.
tapi kali ini Dodi tidak berlangsung lama, 3 menit dan dia mancabut penisnya dan mendekatkannya ke mulutku dan "crooootttttt!!"
mulutku pun kembali di penuhi oleh sperma pekat, Dodi langsung pergi beristirahat. Belum sempat menelan semua sperma tersebut, Anton langsung memompa vaginaku dengan kecepatan luar biasa, kurasa memang dipercepat supaya cepet keluar. Aku kembali tak karuan, namun tidak berlangsung lama, cuma 2 menit dan Anton langsung mencabut penisnya dan menghujani mulutku dengan spermanya yang banyak dan pekat. Sekarang ada sperma dari 2 laki-laki di mulutku, mulutku terasa isi penuh dengan sperma-sperma tersebut. Beberapa saat aku simpan di mulut sperma itu dan bertahan, aku rasa tidak mungkin bisa menelan itu semua, aku terasa mual dan capek sekali.
Karena kelamaan Anton dan Dodi langsung menuju ke arah kami ke 2 lenganku ditahan Dodi, dan Anton menutup mulutku dan hidungku sehingga aku tidak bisa bernafas.
dan dengan cepat langsung aku telan semua, karena kehabisan nafas.
"hah~ hah~ HAhh~...uhukk uhukk!.ughhh...hah..", setelah menelan semua aku batuk-batuk, tetapi tidak muntah.
Aku tau kini aku sudah berantakan hampir hancur, tapi mengingat masih ada 2 anggota lagi. Kini aku tutup mata berbaring diam di kasur bau itu, pasrah menunggu nasib selanjutnya lagi.

+Giliran Gazali + Bobi (last match?)
Gazali, " Bob, ayok kita runtuhkan Vany barengan, hihi!"
Bobi, " ah loe nih memang tak punya otak, loe lht sendiri tuh si Van, udah runtuh daritade kale!
Erwin, "Semenjak gara-gara si jink Derman sialan itoe Vany aja udah ambruk-ambrukkan."
Dodi, "ahh, ini berkat gua ma Anton kale, tag Team man, loe cuma solo mah gak ada apa-apanye!!
Derman, " ahh diam lah kalian Jink, tuh si Vany udah gak sabar, hajar Loe yang belum dapat giliran!!
"HAHAHAHAHHAHA!!", tawa mereka kembali terdengar di ruangan.
Tanpa ampun Gazali dan Bobi langsung mendekatiku, Bobi ini tinggi dan tubuh nya cukup maskular,
dia mengangkat tubuh berhadap kedepan dengan ke tangannya membuka lebar ke dua pahaku,
dan dalam posisi gini vaginaku siap di saji kapan saja. Gazali mulai mengambil posisi di depan bibir vaginaku dan ternyata aku salah duga atas ukuran penis mereka. Penis Gazali panjang banget hingga 18cm, tetapi tebalnya hampir sama dengan yang lain. Tak basa basi Gazali menancapkan penisnya dan memompa dengan cepat, rasany lebih beda dengan yang lain karena panjang, penis Gazali langsung meneyentuh bagian vaginaku yang lebih sensitif lagi, yaitu G-Spot. Ohh..di benak pikiranku hancurlah diriku, aku akan orgasme lagi dalam beberapa saat.
"aaaahhhaaa....ampunnnn...ampunn...ngggggg...ahhhh...",jeritanku pelan, karena aku mmg sudah tidak ada tenaga lagi.
Gazali,"hhahah, nikmati saja nih pedang legendarisku!!"
"Huahhahahahahaha!", kembali mereka tertawa berbahak-bahak.
setelah 5 menit memompa vaginaku dengan penis panjangnya, perasaan mau orgasme kembali menyerangku. Aku tidak tahan dengan kecapekan itu aku mulai minta henti.
"ssuu..dahhh....ahhh...ahhh! stopp!! ja...jangannngeeennghhh....aaaahhh...cu...kuppaa.....aaaahh"
"ti..tidak.....maaa...uu..orgas...me..lagi.....nggghhhh....!!", jeritanku minta ampun dengan suara lemah.
Gazali, "ogah orgasmee!??? Ok Ok gua urusin, Beres deh."
Mereka semua tampak senyam senyum sepertinya di balik ini ada bahaya lain mengancamku.
Dan saat itu ketika aku sudah mau mencapai puncak orgasme, si Gazali langsung menghentikan pompaannya dan orgasme ke keempat kali ini pun gagal. Aku lega saat itu, namun hal ini justru lebih menyusahkanku.

Bobi mulai duduk di kasur dan mengangkat tubuhku berbaring dan bersandaran di tubuhnya, dan membuka lebar kedua pahaku untuk si Gazali. Gazali kembali memompa vaginaku kadang pelan, kadang cepet banget, dan kadang tidak di pompa, cuman di tancap saja, dan kadang penisnya cuma masuk setengah. Hal itu di ulangin terus menerus higga 25 menit, aku makin menderita dalam kondisi begini, ini rasanya tiada akhirnya. Sudah 6 kali aku di buat gagal orgasme dan aku mulai tidak tahan dengan keadaan begini lagi dan hebatnya dia santai sekali, seperti dia yg mengontrol segalanya.
"sudahhh....cukuuupppppp...ampunnn.....ja...jangan...lagiii...hahhhh.....~~", aku minta ampun dah, mending orgasme saja pikirku.
Gazali pun menghentikan pompaan nya pada vaginaku.
Gazali, "hmmmm....ok jd mau gimana donk Van?? katanya tidak mau orgasme kan :)???", ejek Gazali dengan nada santai dan licik.
"ter....terserah...kamu....", jawabku pasrah.
Gazali, "ok kalau gitu..lanjut saja ya, tenang aja tidak ada orgasme lagi koq say~~""
"jangan..jangan lagi pokoknya...terserah kamu...jangan yang barusan pokoknya...", mintaku.
Bobi, "tapi kata ny terserah kan biar kami yang ngurus dunk? hehe"
Gazali,"iya nih tak jelas nih Vany mau nya apa? tadi bilangnya tak mau orgasme hihihih~", tawanya licik dan menjengkelkan.
Permainan mereka membuatku cukup naik darah dan sudah, aku tidak peduli lagi. Akhirnya,
"aku....akuuu..mau ORGASME SAJA!!!!", teriakku karena jengkel, sebenarnnya aku cuman ingin ini berakhir dgn cepat.
Mereka yang lain tertawa keras dan semangat mendengar kataku tadi, dan tak sadar si Anton merekam yg barusan saja semua.
Gazali,"nah gitu donk Vany! kamu orgasme dulu baru gua boleh orgasme dunk, begitu baru adil donk, bner gak??
Bobi, "jadi Vany cepeten orgasme ya, biar si Gazali juga cepeten, aku tak sabaran lagi nih. hahaha!!
Kembali Gazali menghajar vaginaku habis-habisan, "aahhhhhh.......ahhhhhh...AAAhhhh~~!",eranganku pun mulai memenuhi kamar kecil itu.
setelah 10 menit aku akhirnya orgasme, "oooohhhhhh.........ahhaaaaaa......ampunnnnnn.....", eranganku keras.
Gazali juga sudah mencapai puncak, dia berdiri dan memenuhi mulutku dengan spermanya,
tidak terlalu banyak sehingga saya menelannya dengan cepat. Selesai dia pun menjauh dan tinggalkan aku dan Bobi saja.

Bobi tanpa ampun dari belakang langsung mengangkat tubuhku dan memompa vaginaku, aku terlihat seperti duduk di kursi berpenis. Aku yang baru saja di serbu orgasme ke 4 kali itu, masih harus menahan serbuan terus menerus. Mereka yang lain sibuk merekamku dengan handycam.
Penis Bobi ini terasa lebih gemuk dari yang lain, namun sepanjang milik Erwin. Tak lama dalam 1 menit dalam posisi itu aku kembali di landa orgasme kuat yang ke 5 kali. Bobi berhenti 5 detik dan kembali memompa vaginaku dengan agak perlahan. Dan setelah 5 menit kembali memompa dengan kecepatan tinggi. Bobi ini juga kurang ajar dia sudah membuatku orgasme sekali dan dia juga belum mau keluar dan kali ini dia ingin ikutin jejak si Gazali ingin menggagalin orgasmeku lagi. Dia memompa dengan cepat dan kadang lambat, dan berhenti kadang selama 10 detik dan berlanjut lagi tak aturan.
"bo..BIIII, cukuupppp...aku tidak..mau meminta-minta lagi!!!", aku mulai kesel lagi.
"HAHAHAHHAHAHA!" Mereka kembali tertawa keras.
Tadi nya berposisi saya berhadapan ke Derman, Erwin, dan yang lain, sekarang Bobi memutar tubuhku hingga berhadapan dengannya dan kembali mempermainkanku. Setelah 5 menit terus menerus, dia berhenti sebentar sengaja untuk kerjain aku, tetapi kali ini beda. Aku sudah tidak peduli lagi ingin ini cepetan berakhir, aku langsung menaik turunkan sendiri pinggulku, jadi terlihat seperti aku yang mau seks ini. waktu itu memang akal sehatku menghilang, karena aku rasa aku sudah pasrah banget.
Bobi,"lihat oyy semuaa, nih Vany yg gerak sendiri lohh!"
Gazali, "cuii cuittt go Vany go!"
Mereka semua tertawa senang, sedangkan aku malu sekali.
Setelah 2 Menit aku kembali orgasme lagi, ini yg ke 6 kalinya.
"oooooouuhhhh.............uhhhhhh.......nggggggg......", kembali lagi tubuhku kejang dan gemetaran.
Kembali lagi Bobi menghajar vaginaku, kali ini dengan kecepatan tinggi.
Setelah, 30 detik lagi aku orgasme lagi, ini yang ke 7 kali. Si Bobi memang sialan, dia dengan sengaja membuatku multi-orgasme 2 kali. aku sudah hancur total. Namun Bobi akhirnya juga sudah keluar.
Bobi, "uwooghhh! sini mulut mu! Croooooooooooottttt!" Puassss!!! ppuass!"
Kembali mulutku di penuhi peju, setelah aku menelannya, aku rasa ini akan berakhir. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, cuma berbaring di kasur saja dengan setengah mataku terbuka. Aku lihat si Anton, Gazali, dan Bobi sibuk mengcopy video rekaman tadi ke laptop mereka. Jam berarah di jam 4, sepertinya sudah 3 jam aku berada di sini.

.................................................................
penglihatanku menjadi kabur, aku melihat Erwin, Derman, dan Dodi berjalan mendekati tubuhku. Aku tidak peduli lagi apa mau mereka, tidak mau berbicara lagi. Tubuku sudah tidak ada lagi setitik tenagapun, akhirnya penglihatanku gelap, tidak lagi merasakan apa-apa dan aku tertidur.
Semua ini barulah awal, sejak saat itu lah hidupku dipenuhi petualangan seks yang tidak pernah kuduga sebelumnya
.................................................................

Sampai di sini dulu pembaca, terima kasih telah membaca.
Salam Damai.
Kikuo

Saturday, October 18, 2014

Lula Kamal XXX: Lukisan Petaka

Lula Kamal

“Jadi, apa yang membuatmu datang ke sini?” Lula bertanya pada remaja laki-laki yang duduk di depannya.
“Saya ke sini bukan karena keinginan saya sendiri, tapi orang tua saya yang memaksa.” jawab Azzam, sambil matanya nanar menatap meja.
“Ya, baiklah… baiklah... Jadi, ada masalah apa?” Lula memperhatikan bagaimana tubuh kurus Azzam gemetar, anak itu tampak sangat terguncang.
“Mereka… mereka menganggap saya gila.” sahut bocah itu, air mata mulai mengalir di sudut matanza yang cekung.
“Maaf?” Lula ingin memastikan kalau ia tidak salah dengar.
“MEREKA MENGANGGAP SAYA GILA!” Azzam mengulang lagi perkataannya, kali ini lebih keras, dan makin banyak pula air mata yang tumpah di pipinya. Bocah itu tergugu.
“Te-tenangkan dirimu, Zam… err, kamu bisa menceritakan kejadiannya padaku secara perlahan-lahan.” Lula mencoba menenangkan. Ia memperbaiki duduknya, meletakkan bokong bulatnya lebih nyaman lagi ke kursi.
“Ini semua karena lukisan bintang jatuh itu!” jawab Azzam lirih.
“Sebentar, aku akan mengambil kertas kosong dan mencatat beberapa poin penting yang kamu sampaikan. Baiklah, humm… lukisan bintang jatuh? Maksudmu sebuah lukisan yang menggambarkan bintang jatuh?” Lula mulai mencoret-coret catatannya. Payudaranya yang besar sedikit berombak saat ia melakukan itu.
“Ya, lukisan bintang jatuh pembawa sial!” seru Azzam, tampak sangat geram.
“Eh, kenapa kamu beranggapan lukisan itu membawa sial?” Lula menatap mata bocah itu yang masih merah dan penuh dengan air mata itu.
“…” Azzam terdiam, matanya lekat memandang wanita cantik yang sekarang ada di depannya. Seperti baru sadar kalau wanita yang berpakaian putih ini adalah Lula kamal, artis sekaligus dokter cantik yang sering ia lihat di TV.
“Azzam?” Lula memanggil, menarik lagi bocah itu ke alam nyata.
“L-lukisan itu, entahlah… ada yang aneh dengan lukisan itu.” bahu Azzam bergidik saat mengatakannya, tapi matanya masih lekat memandang Lula, eh... ralat: payudara Lula. Ya, mata Azzam sedang terarah ke sana sekarang, memperhatikan betapa besar dan menariknya daging kembar itu.
“Aneh bagaimana? Apakah lukisannya terlihat menakutkan?” tanya Lula, tidak menyadari ke arah mana mata si bocah terarah.
“T-tidak, tidak! B-bukan menakutkan… tapi, aneh…” Azzam menelan ludah, dalam pikiran mudanya mulai terbentuk bayangan sepasang payudara yang besar dan putih mulus milik Lula, dengan puting coklat kemerahan seukuran jari yang mencuat indah ke depan.

“Hmm… kamu bisa menceritakannya dengan lebih detail?” Lula menggeser duduknya, menempatkan kedua susunya di atas meja.
Azzam yang melihatnya, jadi makin susah untuk ngomong. “S-saya ceritakan d-dari awal?”
“Ya, ceritakan semuanya, aku siap mendengarkan.” Lula menyiapkan penanya, siap mencatat apapun yang penting.
“Lu-lukisan ini, warisan dari mendiang nenek saya…” Azzam memulai, matanya sama sekali tak berkedip, terus memperhatikan payudara sang dokter yang dirasanya semakin membusung. ”... lukisan yang menggambarkan pemandangan alam di malam hari di suatu padang rumput di daerah pegunungan, dengan fenomena alam berupa bintang jatuh.”
“Lalu apa yang aneh dengan lukisannya?” tanya Lula, jari-jarinya mulai bergerak untuk menulis.
“Susunya... eh, bintangnya…” jawab Azzam gugup, kemontokan payudara Lula membuatnya susah untuk konsentrasi.
“Susu apa bintang?” Lula bertanya menggoda. Senyum yang tersungging di bibir tipisnya makin membuatnya terlihat menarik.
Azzam ikut tersenyum sebelum melanjutkan ceritanya. “Lukisan itu menggambarkan langit malam kelam dengan sepuluh titik terang berwarna putih yang dapat saya pastikan itu adalah sekumpulan bintang. Salah satu bintang digambarkan lebih rendah daripada sembilan bintang lain dan memiliki ekor di belakangnya. Itu adalah bintang jatuh.” terangnya.
“Sepertinya aku sudah bisa membayangkan bagaimana lukisan itu. Tapi, semuanya normal-normal saja kan?” tanya Lula, catatan di bukunya semakin banyak sekarang.
“Sangat tidak normal! Saat pertama kali saya melihat bintang jatuh itu, Widya, salah seorang teman saya yang paling cantik, diperkosa orang. Akibatnya, dia harus opname di rumah sakit karena kemaluannya robek. Sulit saya terima, karena setiap hari dia selalu diantar jemput sopir.” membayangkan paras Widya yang cantik, ditambah dua bulatan daging milik Lula yang sekarang ada di depan matanya, membuat penis Azzam perlahan menggeliat.
“Ehm… kurasa itu hanya sebuah kebetulan.” sahut Lula. ”Kemana si sopir saat kejadian itu?” tanyanya.
“Mobilnya mogok, jadi agak telat sampai di sekolah. Widya yang tidak sabar menunggu, memilih untuk pulang jalan kaki. Saat itulah dia diperkosa. Pelakunya belum diketahui sampai sekarang. Dan saya yakin, INI BUKAN KEBETULAN!” Azzam membantah, terlihat sangat yakin.
“Apa maksudmu?” Lula bertanya tidak mengerti.
“Setelah kejadian itu, bintang jatuh di dalam lukisan menghilang tanpa bekas.” kata-kata Azzam bergema di ruangan itu.
“…” Lula terdiam, tangannya yang dari tadi sibuk menulis, sekarang berhenti. Ia berusaha mencerna sekaligus membantah keterangan Azzam, tapi dia kehabisan kata-kata. “Serius?” akhirnya hanya itu yang keluar dari mulut manisnya.
“Tentu saja! Saya tidak mungkin salah lihat.” Azzam terlihat sangat emosional, se-emosional penisnya yang semakin tegak membesar.
“Mungkin terkena kotoran yang menempel? Atau…” Lula mencoba memberi alternatif.

Azzam

Tapi Azzam langsung memotongnya. “Tidak mungkin! Karena hilangnya benar-benar alami. Tak ada bekas kotoran atau apa pun. Seolah bintang jatuh itu tidak pernah ada di dalam lukisan.”
“Aneh…” Lula bergumam. Ia meletakkan ujung penanya di pipi, tampak tengah berpikir keras.
“Apa saya bilang!” Azzam mengangguk, matanya makin melotot memandang payudara Lula yang sekarang tidak terhalang tangan. Wuih, benda itu memang benar-benar menggoda. Sudah besar, terlihat sangat bulat lagi. Pasti rasanya empuk sekali, batin Azzam dalam hati. Penisnya makin membesar saja di dalam celana.
“Eh, ya… oke… ini memang aneh, sulit untuk dipercaya. Tapi mungkin saja kamu mabuk saat itu atau…” Lula kembali menekuri catatannya.
“Saya masih enam belas tahun, Dok! Saya tidak mungkin meminum minuman keras!” sela Azzam cepat, merasa dilecehkan.
“Oh, oke… maaf…” Lula tersenyum, dia sedikit memajukan dadanya, membuat bulatan payudaranya makin terlihat membusung.
“D-dokter pasti tak akan percaya akan ceritaku selanjutnya.” dan Azzam menikmati pemandangan indah itu dengan senang hati.
“Tak apa-apa, ceritakan saja!” Lula mempersilahkan.
“…” tapi bukannya membuka suara, Azzam malah sibuk membenahi celananya. Penisnya sudah ngaceng sempurna sekarang, terasa ketat di sela selangkangannya, sakit sekali.
“Jadi?” Lula menunggu dengan senyum di bibir.
Azzam meluruskannya sebentar sebelum akhirnya menjawab. “Enam hari… enam hari sejak kejadian itu, lukisan tersebut menampakkan kembali gambar bintang jatuh.” katanya sambil menghembuskan nafas lega. Penisnya sudah mapan sekarang, terasa lebih nyaman.
“…” Lula tidak berkomentar, hanya tangannya yang bergerak untuk kembali sibuk mencatat.
“Bintang di langit yang semula ada sembilan, mendadak berubah menjadi delapan.” Azzam meneruskan kata-katanya.
“Oke, ini mulai terdengar absurd.” Lula mengutarakan pikirannya.
“Saya juga merasa begitu! TAPI INI SUNGGUHAN!” seru Azzam agak lebih keras, takut dikira berbohong.
“Zam, kamu tidak menggunakan obat-obatan kan?” tanya Lula lembut, dia tidak mau pertanyaannya menyakiti perasaan bocah itu.
“SAYA TIDAK SEDANG BERCANDA, DOK!” tapi tetap saja Azzam merasa tersinggung.
“La-lalu? Apa yang terjadi setelah kau melihat bintang jatuh itu lagi?” Lula mengubah topik.
“Salah seorang teman kecilku… Dia juga diperkosa di rumahnya!” Azzam berkata pedih. Terbayang di pikirannya wajah manis Adelia saat mereka bermain bersama 8 tahun yang lalu.
“Wahahaha, ini tidak mungkin.” Lula tertawa, tapi segera terdiam begitu menatap wajah garang si bocah.

“INI KENYATAAN, DOK!” Azzam sedikit berteriak.
“Tidak, ini kebetulan.” Lula masih tidak percaya dengan omongan bocah itu.
“TIDAK! INI BUKAN KEBETULAN! Berhentilah meragukan cerita saya, Dok!” Atau aku remas susumu! ancamnya, tapi dalam hati. ”Inilah kenapa orang tua saya menganggap saya gila. MEREKA TIDAK PERCAYA AKAN CERITA SAYA!” Azzam kembali ingin menangis.
“Eh… iya… baiklah… biarkan aku berpikir sejenak.” Lula membaca kembali catatannya, mencari apapun yang aneh dan tidak wajar. Dan hasilnya, semua terlihat tidak wajar!
“…”
Sementara itu, Azzam memanfaatkan kesempatan itu untuk mengamati tubuh si Dokter lebih lekat lagi. Dengan rambut disanggul ke belakang, Lula terlihat sangat cantik dan seksi. Kulitnya putih bersih. Meski tubuhnya tidak terlalu langsing, tapi karena lumayan tinggi, jadinya terlihat montok dan berisi. Dan inilah yang paling mencolok, dadanya begitu menonjol ke depan, membulat tegak, apalagi sore ini dia mengenakan blouse bahan kaos yang ketat warna krem, dengan jaket putih yang tidak dikancingkan, makin mempertegas keindahan bentuk sepasang payudaranya. Dipadu dengan rok mini warna coklat tua, yang membuat sepasang kaki mulusnya makin bersinar menyilaukan.
“Ok, jadi begini... kamu bilang, setiap kali kamu melihat bintang jatuh, ada orang yang kamu kenal mengalami pemerkosaan? Kemudian jumlah bintang di dalam lukisan berkurang. Ini absurd, Zam!” Lula menyampaikan kesimpulannya.
“TAPI INI NYATA!” Azzam bersikeras. ”Saya mohon, percayalah pada saya, Dok. Saya berbicara jujur. Dan saya sedang dalam kondisi sehat. Saya tidak mabuk, saya tidak...”
“Baiklah, Zam…” Lula mengangguk, dia bisa mengerti bagaimana perasaan bocah itu. ”Apa pemerkosaan selalu terjadi bertepatan dengan saat kamu melihat lukisan bintang jatuh itu?” tanyanya kemudian.
“Tidak persis sama. Biasanya ada selang beberapa jam atau hari. Lalu, bintang itu hilang setelah pemerkosaan terjadi.” sahut Azzam, lega karena si dokter cantik akhirnya percaya.
“Dan setelah lewat enam hari, bintang jatuh kembali muncul dengan jumlah bintang di langit berkurang?” Lula menebak.
“Ya, seperti itu…” Azzam mengedikkan bahunya, membenarkan ucapan wanita cantik itu.
“Oke, aku asumsikan kamu berbicara dengan jujur. Artinya ini adalah pengalaman supernatural. Ini memang terjadi pada sebagian orang. Tapi, untuk kasus seperti ini rasanya aneh sekali.” Lula mengetuk-ngetukkan penanya ke meja. Kertasnya sudah hampir penuh oleh catatan.

“Saya tidak tahu, semuanya saya alami begitu saja.” Azzam menyahut.
“Lalu apa yang kamu lakukan setelah menyadari kemungkinan keterhubungan antara lukisan dengan kejadian di sekitarmu?” tanya Lula, dia kembali menggeser duduknya. Padahal kursinya terlihat cukup empuk, tapi bokongnya yang bulat dan besar seperti tidak nyaman.
“Saya meminta orang tua saya untuk menyingkirkan lukisan tersebut.” Azzam melirik sekilas paha putih mulus Lula yang sedikit tersingkap ketika wanita itu memindahkan kakinya.
“Berhasil?” Lula bertanya lagi.
“Hanya dua hari. Lukisan itu kembali dipasang setelah dua hari.” jelas Azzam, penisnya terasa semakin membesar saja di dalam celana.
“Kenapa?” dengan mata bulatnya yang lebar, Lula menatap bocah kelas 1 SMA itu.
“Karena mereka menganggap lukisan itu warisan yang berharga dari mendiang nenek saya. Mereka ingin menjaganya.” Azzam membalas dengan kembali menatap payudara Lula lekat-lekat.
“Aneh, memangnya mereka tidak melihat keanehan pada lukisan itu? Misalnya gambar bintang yang berkurang itu?” untuk yang sekarang, Lula menyadari ke arah mana mata si bocah memandang, tapi dia membiarkannya saja.
“Mereka… mereka tidak percaya akan hal itu. Di mata mereka, lukisan itu tampak normal dengan jumlah bintang yang tidak berubah.” jelas Azzam, dia tampak kesulitan saat mau menelan ludahnya.
“Jadi, hanya kamu yang bisa melihat fenomena menghilangnya bintang dari lukisan?” tanya Lula, terus berusaha mengorek keterangan. Biar saja bulatan payudaranya menjadi santapan asal itu bisa membuat Azzam tenang.
“Kurasa begitu…” Azzam mengangguk. Matanya tak berkedip sama sekali, dia berusaha memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh si dokter cantik dengan semaksimal mungkin.
“Setelahnya...“ Lula terus memancing.
“Mereka membawa saya ke sini.” bayangan payudara Lula yang berada dalam genggamannya membuat penis Azzam yang sudah ngaceng berat menjadi semakin tegang dan kaku.
“Hmm, baiklah. Mereka menganggapmu mengalami beban mental dan membawamu ke dokter, pilihan yang tepat…” Lula mengangguk dan tersenyum.
“Tapi, Dok…” Azzam keberatan dibilang mengalami gangguan jiwa. Dia masih waras, masih sangat waras malah. Buktinya, dia masih bisa ngaceng melihat Lula yang begitu cantik dan seksi.

“Ya, aku berasumsi kamu berbicara apa adanya. Tenang saja. Walaupun sedikit aneh, aku mempercayainya.“ Lula meletakkan penanya dan bersandar di kursi. Tubuh montoknya makin terlihat menggiurkan saat dia menegakkan punggung.
“…” lagi-lagi Azzam tak berkedip saat melihatnya. Wanita seperti inilah yang selalu hadir dalam mimpi dan fantasinya setiap malam. Bukan main indahnya tubuh dokter yang satu ini. Perut Lula yang langsing dan BH yang nampak ketat menempel pada buah dadanya yang ampuun... besar dan menjulang, bikin penisnya makin nyut-nyutan. Sejenak Azzam menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.
“Lalu, kapan terakhir kali kamu melihat lukisan itu?” Lula bertanya lagi, terlihat tak peduli dengan tatapan nakal si bocah.
“Tadi pagi… saya tidak sengaja melihatnya dan sudah tergambar satu bintang jatuh di sana. Tak ada lagi bintang di langit.” jelas Azzam dengan nafas mulai berat.
“Oh ya? Lalu apakah selama ini kecelakaan terus terjadi pada orang terdekatmu?” Lula menanyakan sesuatu yang ia sendiri sebenarnya tahu jawabannya.
“Ya. Terry, tetangga sebelah rumah saya, dia diperkosa saat suaminya sedang dinas jaga malam. Selanjutnya, mbak Mia, kakak ipar saya, diperkosa oleh seseorang yang pura-pura bertamu ke rumahnya. Lalu ada bu Aida, ibu teman saya, diperkosa saat suaminya tidak ada di rumah. Juga ada Emily, teman kakak saya, yang diperkosa sepulang dari main ke rumah. Selanjutnya, Bu Asih, teman arisan ibu saya, juga diperkosa...”
“Tu-tunggu!” Lula memotong, merasa ada yang aneh dengan keterangan Azzam.
“Ya?” Azzam menunggu, siap dengan segala kemungkinan pertanyaan.
“Semuanya diperkosa tanpa diketahui siapa pelakunya?” tanya Lula.
“Ya, begitulah… mereka sadar telah menjadi korban perkosaan, tapi tidak punya bayangan atau memori bagaimana peristiwa itu bisa terjadi.” jelas Azzam.
”Mereka lupa?” tanya Lula tak percaya. Baru kali ini dia menghadapi kasus seperti ini.
Azzam mengangguk. ”Lupa saat pemerkosaan terjadi. Tapi ingat sebelum dan sesudahnya.” jelasnya.
Lula menggeleng-gelengkan kepala, ”Aneh!” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. ”Eh, sebentar...” seperti mendapat ilham, Lula kembali melihat catatannya. Setelah membaca sebentar dan membuat beberapa coretan, dia kembali memandang Azzam, si bocah balas menatap dengan mata tak pernah beralih dari gundukan dada si dokter.
“Sudah kuduga ada yang aneh. Setelah dipikir-pikir, aku baru menyadari apa itu…” Lula mengangguk-angguk, tampak puas dengan hasil analisanya. ”Zam, siapa yang terakhir kali mengalami pemerkosaan?” dia bertanya.
“Minggu lalu, Rina, anak Pak RT yang juga teman adikku. Diperkosa setelah pulang dari les.” jawab Azzam.
”Apakah adikmu ikut les?” tanya Lula lagi.
”Ya.” Azzam mengangguk. ”Saya yang menjemput mereka, seperti biasa.”

“Benar sekali, tidak salah lagi…” Lula mengetukkan penanya dengan keras ke atas meja, membuat Azzam sedikit kaget.
“Benar apanya, Dok?” tanya si bocah tidak mengerti.
“Ah, tidak, tidak apa-apa… Aku hanya sedang berpikir. Tidak salah lagi, ini bukan sebuah kebetulan.” cetus Lula.
“Jadi sekarang dokter percaya pada saya?” tanya Azzam penuh harap.
“Kurang lebih ya. Tapi masih ada satu hal yang mengganjal...” Lula menggantung ucapannya.
“Apa itu, Dok?” tanya Azzam antusias.
“Para korban itu… apa kamu sempat berinteraksi dengan mereka semua?”  tanya Lula, suaranya terdengar tegang.
“Err… ya, se-sepertinya begitu.” Azzam membenarkan. “Walau hanya sebentar…” tambahnya kemudian.
Tapi itu sudah cukup untuk membuat Lula langsung gemetar dan pucat pasi. “Ini gawat!” katanya ketakutan.
“Eh? Kenapa, Dok?” Azzam masih tidak mengerti.
“Menurutku, setelah bintang jatuh itu muncul, wanita pertama yang kamu jumpai akan menjadi korban pemerkosaan, begitu!” terang si dokter cantik.
”...” Azzam terdiam, tampak berpikir dan mengingat-ngingat. Setelah itu dia mengangguk lemah. ”Dokter benar!” tampak kekecewaan dan penyesalan yang amat dalam di raut mukanya yang memelas.
“Eh, tunggu!” Lula tersadar, lalu cepat-cepat dia mengutarakan pikirannya. “Dan kalau memang pola ini benar, maka korban selanjutnya adalah... katakan padaku, Zam… siapa wanita pertama yang kamu ajak bicara hari ini, selain keluargamu tentunya karena kutukan ini sepertinya tidak berlaku untuk mereka?” tanyanya gemetar, takut dengan jawaban yang akan diberikan oleh si bocah.
“…” Azzam terdiam, berusaha mengingat.
“Zam, katakanlah…” Lula meminta, suaranya lirih dan parau.
“Eh, itu…” Azzam memucat begitu tahu siapa orangnya.
“Jangan bilang…” Lula ikut pucat, bisa menebak apa jawabannya.
“B-benar, Dok… Dokter Lula adalah wanita pertama selain keluarga yang berinteraksi dengan saya hari ini.” kata Azzam. Tersirat penyesalan yang amat sangat di matanya yang sipit.
“Be-begitu ya?” meski sudah mengira, tak urung Lula tetap lemas juga saat mendengarnya.
“M-maafkan saya, Dok… saya tidak bermaksud…” Azzam berdiri, ingin meminta maaf pada Lula karena sudah menimpakan nasib buruk pada wanita cantik itu.
”Pergilah, Zam! Konsultasi ini sudah selesai. Terima kasih sudah datang kemari…” Lula memalingkan muka, setitik air bening mulai menetes di sudut matanya yang lentik.
“T-tapi, Dok...” Azzam tidak sampai hati meninggalkannya.
”Pergilah, Zam!” Lula berseru, sedikit lebih keras. Dia berdiri dan membuka pintu, mengusir si pembawa petaka dengan halus.
“Ehm, i-iya, Dok. Baik!” meski tidak enak hati, Azzam sempat memperhatikan bagaimana goyangan pinggul Lula saat wanita itu berjalan tadi. Ugh, sungguh menggiurkan. Kalau saja situasinya tidak segawat sekarang, ingin rasanya ia disini seharian, menemani dokter setengah baya yang cantik dan seksi ini.

#####################

Sepeninggal Azzam, dengan badan masih gemetar dan jantung berdegup kencang, Lula bergegas masuk ke kamar pribadinya yang terletak tepat di sebelah ruang prakteknya. Kamar itu sebenarnya cukup besar, tapi jadi terasa sempit dan sesak oleh kehadiran ranjang besi berlapis kasur busa mahal tepat di tengah ruangan. Di pojok, ada lemari susun dari kayu yang bersebelahan dengan jendela lebar berkaca gelap. Lula segera menarik tirainya yang bergambar bunga untuk menghalangi pandangan orang, dia ingin mengganti baju. Sambil membayangkan nasib buruk yang akan menimpanya, Lula mengaduk isi lemari. Dari sana, diambilnya sebuah daster berwarna putih. Untuk sesaat dipandanginya daster itu, seperti menimbang apakah cocok untuk membalut tubuh sintalnya. Kemudian setelah memutuskan, tanpa memperhatikan kiri kanan, Lula mulai melepas blus dan rok pendeknya yang sudah basah oleh keringat. Gara-gara AC di ruang prakteknya rusak, dia jadi harus ganti seperti ini tiap hari.
“Besok harus beli yang baru”, batin Lula pada dirinya sendiri.
Sekarang hanya tinggal BH dan celana dalam berwarna putih berenda-renda yang menempel di tubuh mulusnya. Sekujur tubuhnya yang seksi itu nyaris telanjang, payudaranya yang sekal dan padat terlihat begitu menonjol dengan puting yang berwarna merah kecoklatan membayang di balik mangkuk BH-nya, sementara pinggangnya yang ramping ditambah pinggul yang bulat padat bertemu membentuk segitiga berbelahan sempit yang bersih rapi tanpa bulu. Lula baru saja akan memakai daster yang didapatnya di lemari, ketika tiba-tiba pintu ruang kamarnya terbuka dan seseorang menyerbu masuk, lalu menutup pintu dan menguncinya. Lula yang masih setengah telanjang, menjerit kaget bercampur marah.
”Hei, apa yang kau lakukan? Pergi dari sini!” hardiknya dengan nada tinggi melengking.
Tapi si penyusup menanggapinya dengan seringai liar. ”Tenang saja, Dok. Saya cuma pingin melihat keindahan tubuh dokter dari dekat. Dan ngomong-ngomong, saya sudah ingat semuanya sekarang!” kata Azzam kalem.
”Keluar, Zam... Jika tidak, aku akan teriak!” sengit Lula sambil menutup tubuh polosnya dengan daster, belahan payudaranya yang menonjol tampak mengintip malu-malu dari sela-sela BH-nya.
Azzam buru-buru menegak air liur saat melihatnya. ”Semua korbanku berkata begitu, Dok.” seringainya. ”Silakan berteriak sekerasnya, tidak ada yang akan menolong dokter sekarang.”
”J-jadi kamu yang melakukannya! Kamu yang memperkosa mereka semua!” Lula mundur ke tembok, menjauhi si bocah pembawa petaka, sadar akan bahaya yang mengancam dirinya.
Azzam mengangguk. ”Jadi sebaiknya dokter nurut saja sama saya. Percuma melawan, toh hasilnya akan sama. Saya tidak ingin menyakiti bu dokter, saya cuma ingin merasakan kehangatan dan kelembutan tubuhmu.” jawabnya masih dengan ketenangan yang sama seperti sebelumnya.
Mendengar itu, Lula segera berteriak sekencang-kencangnya. ”TOLONG! SIAPAPUN, TOLONG AKU!” dia berusaha untuk menyelamatkan diri.

Azzam menggelengkan kepala. ”Percuma, Dok. Tulah bintang jatuh telah menjauhkan semua orang dari tempat ini. Tidak akan ada yang datang menolong dokter. Siapa pun yang terpilih, tidak akan bisa menghindar!” sambil berkata begitu, Azzam mulai berjalan pelan mendekati si dokter cantik.
”Ja-jangan, Zam! Ampuni aku!” Lula menggeleng. Tubuh sintalnya terlihat lumpuh dan gemetar.
Kontras dengan wanita cantik itu, Azzam terlihat begitu yakin dan pasti dengan segala tindakannya. Sosok bocah lugu 16 tahun yang tadi menangis sesenggukan saat menceritakan kisahnya, kini hilang entah kemana, terganti dengan sosok monster pemakan wanita yang siap untuk menyantap hidangannya. Mata Azzam tak berkedip memandangi tubuh mulus Lula, hidungnya kembang kempis dengan suara berat, raut mukanya sudah merah kecoklatan, sementara air liur mulai menetes dari sudut bibirnya yang menghitam. Penisnya yang kaku dan keras, tampak menonjol dari balik celana, siap untuk keluar dan menemukan mangsanya. Lula bukannya tidak tahu hal itu, tapi dia benar-benar tidak sanggup untuk melawan. Mendadak tubuhnya terasa lemas dan tak bertenaga, sementara kakinya menjadi tambah gemetar. Bahkan dia tak sanggup untuk menyangga bobotnya lebih lama lagi.
“Apakah begini yang dirasakan semua korban itu?” Batinnya dalam hati sebelum ambruk di lantai. Badannya lumpuh oleh ketakutan dan kekalutan.
”Itu lah yang terjadi pada semua korbanku, Dok!” kata Azzam seperti menjawab pertanyaannya. Senyum kemenangan terukir di bibirnya yang tebal.
Lula diam saja. Hatinya terasa sedih dan sakit, tapi tetap tidak bisa berbuat apa-apa. Malah sekarang terjadi sesuatu yang aneh pada dirinya. Degup jantungnya terasa semakin cepat, begitu juga dengan aliran darahnya. Nafasnya mulai memburu, sementara keringat dingin mulai mengalir di dahi dan lehernya yang jenjang.
“Tidak! Aku tidak mungkin terangsang!” Lula berusaha melawan perasaan itu. Tapi cairan bening yang mulai merembes keluar dari lubang vaginanya, tidak bisa dibohongi.
Azzam yang melihatnya, dengan senyum makin lebar, segera meraih tangan Lula dan membawa wanita cantik berpostur tinggi itu ke arah tubuhnya untuk dipeluk. Dalam keadaan normal, Lula pasti menolak dilecehkan seperti itu. Tapi sekarang, karena pengaruh sihir lukisan, dia cuma bisa diam dan menurut apapun perlakuan Azzam. Dalam pelukan si bocah, Lula menangis sesenggukan karena tak bisa melawan, cuma itu yang bisa ia lakukan. Azzam yang sudah terasuki nafsu setan, tidak mempedulikannya. Dia meraih dagu Lula dan memagut bibir Lula yang lebar tapi tipis untuk kemudian melumatnya dengan gemas. Lula berusaha mengatupkan bibirnya agar si bocah tidak bisa mengulumnya. Namun upayanya itu hanya bertahan beberapa detik, setelah Azzam mendekap tubuhnya makin erat, ia pun menyerah. Gesekan antara tubuhnya dan tubuh si bocah malah menimbulkan nikmat yang amat sangat, yang pada gilirannya makin menambah nafsu birahinya.

Tanpa sadar, secara perlahan-lahan, Lula pun membuka mulutnya. Azzam segera menerobos, lidahnya membelit dan menjilati seluruh rongga mulut si dokter cantik, mengajaknya untuk saling menghisap dan bertukar air liur. Lula, meski masih dengan agak berat hati, mulai meladeninya. Bibirnya yang tipis mencari, mengejar kemana pun lidah Azzam bergerak, menghisap bibir tebal pemuda tanggung itu dan menelan ludah mereka yang keluar semakin banyak. Bunyi decapan dan desisan dengan cepat memenuhi ruang kamar yang tidak begitu besar itu.
”Auw!” jerit Lula ketika dengan sekali sentak, Azzam berhasil melepas kait BH-nya.
Payudaranya yang bulat dan padat, yang dari tadi cuma mengintip sebagian,  kini terburai keluar, menggantung telanjang di depan dadanya, terlihat begitu menggairahkan. Bentuknya sangat bagus dan sempurna meski ukurannya sangat besar, benda itu terlihat masih sangat kenyal dan padat, tidak terlihat turun sama sekali, dengan puting susu merah segar seukuran ibu jari yang mencuat indah ke depan.
”Wow!” Azzam kesulitan menelan ludah saat melihatnya, ternyata payudara Lula lebih indah dari yang ia bayangkan sebelumnya. Gemetar, tangannya terjulur untuk memegang dan mengelusnya,
”Ohh... lembut sekali, Dok!” gumam Azzam sambil terus bergerak menjelajahi payudara Lula yang mulus dan terawat.
Dia meremas-remas dan memijiti benda bulat kembar itu dengan dua tangan, bersamaan kiri dan kanan. Puting susunya yang terasa mengganjal di telapak tangan, tidak lupa ia pilin dan tarik-tarik ringan, sesekali juga dijepitnya diantara jari dan dipencetnya kuat-kuat. Azzam tampak gemas sekali dengan benda itu. Lula mengejang mendapat perlakuan seperti itu. Kesadarannya mulai hilang, apalagi saat Azzam mulai menjilat dan menghisap putingnya, ia pun makin tenggelam dalam dorongan nafsu seksual yang amat dahsyat, yang tidak mungkin ia lawan balik. ”Oughh... Zam!” rintihnya pelan dengan tubuh bergetar merasakan lidah si bocah menyapu permukaan payudaranya yang sensitif, untuk kemudian hinggap di putingnya dan menghisap kuat-kuat disana, nenen seperti bayi yang baru lahir, menghisap bergantian kiri dan kanan. Dengan mulut masih menempel di payudara Lula, Azzam perlahan membaringkan tubuh mulus si dokter cantik ke atas kasur yang ada di tengah ruangan. Tangannya mulai meraba dan mengelus-elus sepasang paha panjang dan putih mulus milik sang dokter yang berada di hadapannya.

Tangan Azzam bergerak mulai dari lutut hingga ke pangkal paha, dan berakhir di celana dalam putih berenda yang dipakai oleh Lula Kamal. Lalu dengan kasar dia menarik celana dalam itu hingga terlepas. Lula sekarang benar-benar sempurna telanjang bulat terbaring di depannya. Azzam memandangi kemulusan tubuh wanita itu dengan takjub.
”Dari semua korbanku, dokter lah yang paling cantik!” bisiknya dengan deru nafas memburu.
Azzam mulai menelusuri sekujur tubuh telanjang Lula dengan bibir dan tangannya. Bibir Lula yang merah segar tak henti-hentinya ia lumat, sementara tangannya terus menggerayangi dan meremas payudara Lula yang bulat membusung. Bahkan dalam kondisi berbaring seperti sekarang, benda itu masih terlihat padat dan berdiri tegak, benar-benar membangkitkan gairah. Sambil memilin-milin putingnya, Azzam menjilati perut dan pinggang Lula yang sedikit berlemak. Kemudian dia membuka paha wanita itu lebar-lebar hingga ia bisa melihat vagina Lula yang sempit, yang licin tak berbulu. Lula memang secara rutin selalu mencukur rambut kemaluannya, dia suka selangkangannya bersih daripada ditumbuhi bulu-bulu keriting yang bikin gatal. Azzam pun mendekatkan wajahnya dan dengan ujung lidah, dia menyapu liang vagina Lula secara perlahan, dari bawah ke atas. Hmm, rasanya lembut sekali, baunya juga sangat wangi, sungguh berbeda dengan vagina korbannya yang lain. Dia jadi ketagihan. Menjulurkan lidahnya makin panjang, Azzam pun menjilat dan menghisap vagina itu dengan rakus.
”Ohh... ahh... ohh... ehsss...” tanpa sadar, Lula mulai mendesah merasakan kenikmatan yang mulai menjalar ke seluruh tubuhnya.
Apalagi saat Azzam mengemut dan menghisap klitorisnya, dia makin tak tahan. Dengan tubuh menggelinjang cepat, Lula pun menjerit.
”Arrghhhhh...!” gairah yang dari tadi ia tahan, akhirnya meledak juga.
Azzam yang mengetahui Lula mulai terangsang, makin buas menggeluti tubuh mulusnya. Dia mengangkangkan kaki Lula dan membenamkan wajahnya makin dalam ke belahan vagina wanita cantik itu. Bibir dan lidahnya bergerak makin cepat, terus-menerus mengorek dan menjelajahi liang sempit Lula yang terasa semakin licin dan basah. Sementara tangannya yang kurus, tak henti-hentinya meremas dan memijit-mijit payudara Lula sambil tak lupa memilin-milin putingnya.
”Oohh...!!!” tak kuat menahan gairah, Lula pun akhirnya mengalami orgasme. Tubuh montoknya mengejang sesaat sebelum akhirnya melemas kembali. Dari dalam vaginanya, mengucur deras cairan bening yang hangat tapi agak kental.

Melihat korbannya sudah tidak berdaya, Azzam tersenyum puas karena berhasil menaklukkan dokter cantik yang juga artis itu. Perlahan dia membuka pakaiannya satu-persatu sampai telanjang bulat, sama seperti Lula. Penisnya yang panjang dan besar sudah terlihat tegak mengacung dengan begitu gagahnya. Sedikit kasar, Azzam menarik tubuh Lula yang tergolek lemas bugil di atas ranjang, perlahan diangkatnya kaki wanita itu ke atas, lalu dibukanya lebar-lebar hingga ia bisa melihat lubang vagina Lula dengan jelas. Benda itu itu tampak sangat basah, juga sedikit menganga, siap untuk menerima kehadiran penisnya. Menempatkan dirinya tepat diantara kedua kaki Lula, Azzam pun melakukannya. Pelan-pelan dia merebahkan diri dan menindih tubuh mulus sang dokter cantik sambil sesekali mencium bibir Lula yang tipis. Lula hanya bisa menggeliat sambil mendesah nikmat merasakan sentuhan ujung penis Azzam di bibir kemaluannya. Lula sebenarnya mengetahui kalau sebentar lagi statusnya sebagai seorang wanita terhormat akan direnggut secara paksa, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kutukan lukisan telah menguasai dirinya, membuatnya pasrah pada nafsu birahi, sehingga tidak mampu untuk melawan sedikitpun. Malah yang ada, vaginanya seperti senut-senut, terasa sangat gatal, dan berharap penis besar Azzam segera menggaruknya untuk menuntaskan rasa dahaganya. Pelan tapi pasti, Lula mulai berharap agar persetubuhan itu segera berlangsung!
”Ini dia, Dok. Tahan ya!” Azzam mendorong pantatnya maju, membuat penisnya menyeruak masuk ke dalam vagina Lula secara perlahan-lahan.
Lula meringis menahan sakit sekaligus enak pada liang vaginanya.  Vaginanya yang masih terasa sempit meski dia sudah pernah melahirkan. Azzam sendiri merasa kesulitan saat akan memasukkan penisnya lebih jauh, dia merasakan jepitan vagian Lula begitu kuat, seperti melawan desakan penisnya. Tapi dengan satu dorongan kuat, batangnya pun akhirnya amblas seluruhnya. Masuk. mentok di dalam vagina Lula, hingga menabrak mulut rahim wanita cantik itu.
”Arghhh...” Lula merintih kecil merasakan penis Azzam yang besar dan panjang memenuhi liang vaginanya.
Meski terasa nikmat, tak urung air matanya tetap mengalir juga membasahi pipinya yang mulus. Sebagai seorang istri, sepasrah apapun dia, tetap ada sedikit rasa menyesal di relung hatinya. Dia telah mengkhianati cinta sang suami.
”Ehh...” Azzam mengerang lirih. ”Gila, vagina dokter kenceng banget!” serunya kegirangan.
Bocah itu masih diam, tetap pada posisi semula. Dia membiarkan penisnya terbenam dalam di vagina Lula yang sempit dan hangat tanpa berusaha untuk menggerakkkannya. Dia ingin menikmati kedutan dinding vagina Lula yang menyelimuti seluruh batangnya, membuat penisnya serasa diremas dan dipijit-pijit halus. Nikmat sekali.

Selama tiga menit, tidak ada pergerakan apapun dari keduanya. Lula yang sudah terangsang berat, akhirnya jadi tak tahan. Apalagi di dalam vaginanya, penis Azzam terasa semakin mengeras dan membengkak besar. Sambil pura-pura mendesah, dia pun mulai menggoyangkan pantatnya, menariknya maju mundur, sambil sesekali memutarnya, hingga membuat penis Azzam  yang menancap dalam, mulai tertarik keluar masuk.
”Ahh... Zam!” desah Lula pelan saat penis si bocah mulai menyetubuhinya.
Dan rintihannya berubah menjadi jeritan kecil saat Azzam tanpa peringatan sebelumnya, mendesakkan penisnya kuat-kuat hingga menusuk begitu dalam. Lula menggigit bibirnya merasakan sakit sekaligus nikmat pada lubang vaginanya. Sementara itu, Azzam terus bergerak memompa tubuhnya untuk menggenjot tubuh mulus Lula dengan penisnya yang besar dan panjang. Mula-mula pelan, tapi saat vagina Lula dirasanya mulai terbiasa dan menjadi bertambah basah, bocah itu pun mempercepat genjotannya. Badan Lula sampai terguncang-guncang karenanya, kaki wanita itu mengejang-ngejang, kedua payudaranya bergoyang cepat, secepat tusukan Azzam yang semakin brutal, sementara kepalanya terdongak ke atas dengan bibir terkatup rapat, antara menahan sakit dan nikmat yang dirasakan di dalam vaginanya. Lula cuma bisa merintih menjerit-jerit merasakan serangan bocah kecil itu. Azzam yang melihatnya, menjadi semakin bernafsu. Dia memompa semakin cepat sambil mulutnya tak henti menciumi dan menjilati payudara Lula yang bulat besar. Putingnya yang mencuat kemerahan, ia hisap dan sedot-sedot keras, seperti bayi yang sedang menyusu pada ibunya.
”Ahh.. ohh.. ahh...” Lula yang diserang atas bawah, mendesah manja.
Sedikit rasa sakit yang sempat ia rasakan di awal permainan, kini telah hilang sepenuhnya, tergantikan oleh rasa nikmat yang amat sangat, membuatnya semakin liar dalam menggerakkan pinggul.
”Oughh...” Azzam menggeram merasakan betapa sempit dan rapatnya vagina dokter cantik itu. Gesekan kemaluan Lula amat terasa di batang penisnya. Ohh... nikmatnya! Sprei di ranjang itu sudah acak-acakan. Dipannya berderit setiap kali Azzam melakukan gerakan menusuk.

”Ohh... ahh... ohh...” desahan Lula juga semakin keras terdengar.
Saatnya sudah hampir tiba bagi dia. Dengan mata terpejam dan mulut menjerit-jerit, Lula pun menjemput orgasmenya. Tubuh montoknya terguncang-guncang saat rasa nikmat itu datang. Cairan cintanya menyembur deras, tapi tidak sampai tumpah karena disumbat oleh penis besar Azzam. Penuh kepuasan, Lula menikmatinya sampai tetes terakhir. Azzam yang sempat menghentikan goyangannya, begitu tahu kalau rasa itu telah berlalu, kembali menggenjot pinggulnya, kali ini lebih keras dan lebih dalam. Vagina Lula yang becek membuat gerakannya menjadi lebih sempurna. Kedua tangannya memegangi payudara Lula yang membusung indah dan meremas-remasnya penuh nafsu. Benda itu tampak mengkilap sekarang, basah oleh keringat.
”Ughh.. aghh.. ughh..” dengan geraman yang makin sering terdengar, Azzam menusukkan penisnya dalam-dalam.
Sensasi yang sedari tadi ia kejar, kini terasa sudah semakin dekat. Hingga akhirnya,
”ARGHHHHHH...!!!” dari ujung penisnya, menyembur cairan mani yang amat banyak.
Tubuh kurus Azzam berkedut-kedut saat cairan putih yang licin dan lengket itu memenuhi liang rahim Lula. Dengan nafas masih ngos-ngosan, dan tubuh basah oleh keringat, Azzam ambruk sambil mendekap tubuh mulus si dokter cantik. ”Ohh... saya puas sekali, Dok! Inilah persetubuhan paling nikmat yang pernah saya rasakan!” bisik Azzam di telinga Lula, lalu mencium bibir wanita cantik itu dan melumatnya dengan rakus. Lula tidak sanggup untuk membalas, bahkan untuk sekedar mebuka mata saja ia tidak mampu. Tubuhnya terasa sangat letih dan lemah. Dan sedetik kemudian, ia pun jatuh ke dalam jurang kehampaan yang gelap dan kelam. Lula pingsan.

***

Keesokan harinya, sebuah surat kabar pagi memberitakan.

”LULA KAMAL (42), ARTIS SEKALIGUS DOKTER TERNAMA, DITEMUKAN TELAH DIPERKOSA DI RUANG PRAKTEKNYA. PELAKU MASIH BELUM DIKETAHUI, DAN SEKARANG MASIH DALAM PENGEJARAN POLISI.”

Azzam menelan ludah. Perlahan-lahan ia melirik ke arah lukisan bintang jatuh yang tergantung di dinding ruang keluarga. Seluruh bintangnya sudah menghilang tanpa bekas. Dan seperti biasa, ia juga lupa kemana saja ia semalam setelah pulang dari konsultasi dengan dr. Lula Kamal. Yang diingatnya cuma kegiatan sebelum itu dan ketika ia bangun tadi. Selebihnya gelap

By: Iisamu Takeo

Thursday, October 16, 2014

Dejavu, Second Chance??

Ellis
Prologue

Taman yang indah dengan air mancur di tengah-tengahnya, air mancur yang indah berbentuk seorang dewi yang menuangkan air dari gucinya dikelilingi oleh malaikat-malaikat kecil seperti cupid yang membawa busur dan anak panahnya. Pemandangan yang sangat familiar untuk Ellis, dia coba mengingat-ingat kapan dia menikmati pemandangan ini. Pikirannya menerawang kembali saat dia menimba ilmu di negri paman Sam, ini adalah taman kecil yang berada di salah satu sudut Central Park.
Di tempat ini pula dia pertama kali bertemu dengan Jack, pria tampan yang mengisi hari-harinya dengan keceriaan dan tawa. Jack, pria berumur 29 tahun yang bekerja sebagai pengacara terkenal di kota new jersey yang selalu setia menemani Ellis dalam masa-masa susahnya dan membagi keceriaan bersamanya.

“Jack … dimana kamu?” bisik Ellis lirih.
Ellis mulai merasakan ada sesuatu yang janggal, Central Park terasa sepi sekali, tidak ada kehidupan, tidak ada suara, tidak ada sirine polisi yang meraung tiap 5 menit, tidak ada tupai-tupai yang bermain dan tiada pula burung-burung yang rajin berkicau seakan menyampaikan gosip-gosip yang didengarnya. Tiba-tiba semuanya memudar, pandangan Ellis terasa kabur, kabut pekat seakan mengambang di depan matanya dan Ellis seakan terbawa oleh kabut ke sebuah ruangan. Seakan silau oleh lampu TL yang terang, Ellis menutupi matanya dan mulai memperhatikan keadaan sekitarnya, meja metal di tengah-tengah ruangan dengan dua kursi yang saling berhadapan, cermin besar di belakangnya. Meja itu terlihat kokoh dengan kaki-kakinya yang tertanam di lantai. Ruangan itu adalah ruang interogasi FBI tempatnya bekerja, tiba-tiba Ellis menyadari bahwa dia telah menamatkan akademi polisinya dengan gemilang dan langsung ditawari pekerjaan di FBI, di umurnya yang baru menginjak 21 dialah salah satu anggota FBI termuda. Ellis tidak hanya memiliki bakat menonjol, tubuhnya pun seindah patung Aphrodite di tengah-tengah Central Park. Lekukan tubuh yang sangat menggiurkan, ramping, kulitnya yang putih bersih dengan rambut hitam berkilat lurus mengembang sebahu dan selalu terlihat rapih. Dadanya termasuk cukup besar dengan ukuran 34D terlihat sangat menonjol apabila dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang termasuk ramping dengan perut rata dan cukup berotot.
Ellis memiliki tubuh campuran baik dari wajahnya sampai bentuk tubuhnya, ayahnya berasal dari Jepang sedangkan ibunya adalah orang bule asli berambut pirang dengan tubuh yang tidak kalah menggiurkannya dengan anaknya. Ingatannya membawanya kembali ke saat-saat briefing akan adanya penyalahgunaan dan pencurian kartu kredit besar-besaran yang diduga bahwa pusatnya berada di salah satu negara Asia Tenggara. Tepatnya Indonesia dan dugaan semula bahwa jaringan itu besar sekali sampai mencakup seluruh Asia Tenggara. Cukup besar untuk menarik perhatian FBI karena tidak sedikit perusahaan asing yang terlibat didalamnya, claim asuransi dari bank-bank luar negri terkenal yang semakin menjamur membuat FBI mengirimkan agent-agent terbaiknya untuk menginfiltrasi dan membabat bos-bos dari jaringan network pencuri tersebut.Keberhasilan team Ellis di Thailand dan China membuat bangga FBI sehingga mereka tidak ragu lagi untuk membabat sampai ke pusatnya yaitu di Indonesia, yang merupakan kesalahan mereka yang terbesar ….

####################################
Indonesia

Team Ellis tiba di bandar udara Ahmad Yani Semarang dengan pesawat pribadi milik FBI, Fokker kecil bermotor jet ganda itu mendarat tanpa ada masalah sama sekali. FBI sudah menyewa sebuah gudang tua bertempat sedikit diluar kota, di tempat yang cukup sepi dan jauh dari kediaman. Dua buah mobil Mitsubishi Pajero Sport putih dan hitam tampak mendekati markas sementara FBI itu. Dari dalam Pajero Putih keluarlah 3 orang lelaki tegap, mereka mengenakan baju santai dan celana pendek, mereka adalah Chris dan Robert, rekan sekerja Ellis dan Bernard yang merupakan pilot Fokker itu. Dari dalam Pajero Hitam keluarlah Ellis dan 2 orang lelaki, yang satu bernama Patrick, dia adalah teknisi serba guna dan ahli network sedangkan yang satunya lagi bernama Wong, dia adalah orang Chinese blasteran yang lahir di Amerika. Wong adalah ahli komunikasi dan infiltrasi. Gudang itu cukup bersih walaupun pengap dan panas sekali karena memang tidak dilengkapi oleh AC. Berbeda dengan tempat persembunyian mereka sebelumya yang paling tidak dilengkapi AC di kamar tidurnya. Ellis membuka pintu depan dan memandang berkeliling. Gudang tua itu adalah bekas penyimpanan mobil rongsokan, tak heran apabila lantainya agak berbau oli. Gudang tersebut dibagi dua, sepertiga gudang itu adalah daerah tempat tinggal, terdapat dua kamar dengan dua buah ranjang besar, dapurnya terletak disebelah kamar dan di belakang dapur tersebut adalah kamar mandi dan WC yang menjadi satu.Setelah melihat sekeliling dan memberi instruksi pada anak buahnya, Ellis dan Bernard sang pilot berangkat menuju kota untuk membeli bekal dan alat-alat pembersih. Dengan berbekal peta yang penuh coretan dan tanda-tanda dari informan mereka yang menggambarkan dengan jelas dimana letak semua tempat-tempat penting di kota tersebut, mereka meninggalkan crew yang bekerja dengan cekatan untuk memasang semua peralatan mereka. Mobil putih itu meluncur menuju Simpang Lima, tanpa ada hambatan mereka mencapai tujuan dalam waktu sekitar setengah jam. Dengan mobil yang penuh sesak dijejali barang-barang belanjaan mereka yang luar biasa banyaknya itu mereka kembali meluncur ke tempat persembunyian mereka. Di tengah jalan mereka sempat membeli makan malam dan mereka meneruskan perjalanan kembali. Sesampainya di gudang tua itu merekapun bersama-sama menurunkan semua barang-barang belanjaan mereka, sebuah kulkas kecilpun tak lupa mereka beli. Ruangan kosong itu sudah berubah 180 derajat, kabel-kabel berkeliaran dimana-mana, meja-meja sudah dipenuhi oleh peralatan elektronik yang terhubung dengan pemancar satelit militer yang terpasang diatap gudang itu. Keesokan harinya operasi pembasmian dimulai, dengan modus operandi yang sama seperti operasi sebelumnya yang membuahkan hasil gemilang, mereka memulai dari mencari informasi. Setelah merasa mendapatkan cukup informasi, mereka memulai proses infiltrasi, dengan berlaku seolah-olah mereka busines group dari luar negri yang juga bergerak di bidang pencurian kartu kredit, mereka ingin bekerja sama dan hanya mau berbicara dengan pimpinan pusat.

Abah Rohmat

Pimpinan tertinggi jaringan itu adalah Abah Rohmat, seorang lelaki di umur sekitar 55 tahunan, rambutnya sudah mulai beruban, tubuhnya tegap dan penuh bekas luka, wajahnya buruk dan terkesan galak. Dia adalah pimpinan yang disegani anak buahnya, terlihat sekali bahwa wibawanya tinggi terhadap bawahannya. Hal itu membuat Ellis dan timnya yakin sekali bahwa apabila mereka berhasil membabat Abah Rohmat, jaringan itu pasti langsung bubar. Pajero sport hitam itu melaju menerobos malam, Ellis dan Chris berbincang-bincang membahas skenario penyergapan dan pembunuhan Abah Rohmat, mereka sudah membina hubungan yang cukup kuat menurut mereka, lagipula mereka sudah berada di Indonesia selama 3 bulan, pimpinan pusat FBI sudah beberapa kali menanyakan kapan mereka akan mendengar hasil misi ini. Mereka cukup memahami bahwa ini adalah operasi yang sangat berbahaya, oleh karena itu pula mereka ingin misi ini segera berakhir dari kedua belah pihak, baik pusat maupun team Ellis.
“Guys, kalian sudah sia …..” napas Ellis tercekap saat dia membuka pintu gudang dan mendapati gudang itu berantakan, alat-alat canggih mereka hancur berantakan dan yang lebih mengejutkan lagi adalah cipratan darah segar dimana-mana.
Tiba-tiba Ellis merasakan pukulan di tengkuknya dan selanjutnya semua menjadi gelap. Ellis merasakan kepalanya terasa berat, kesadarannya mulai pulih kembali. Dengan mengerjap-erjapkan matanya Ellis mencoba membiasakan diri dengan ruangan yang terlihat asing baginya. Dia merasa aneh pada dirinya, pakaian yang dikenakannya sudah hilang entah dimana, Ellis hanya mengenakan G-string hitam yang hampir tidak menutupi apa-apa, payudaranya yang besar dan tegak menantang dengan putingnya dan aerolanya yang merah muda terekspos, udara di ruangan itu terasa panas dan pengap, tak ada jendela satu pun disana, dia mengira-ira bahwa dia disekap di ruangan bawah tanah.Dia melihat di dinding sebelah kanannya ada ranjang besi tanpa kaki-kaki yang terlihat rapat dengan dinding di belakangnya, di keempat sudutnya ada ikatan dari kulit. Tak jauh dari ranjang itu terdapat kuda-kuda kayu dengan rantai-rantai di atasnya. Pada kuda-kuda itu terdapat alat yang dapat bergetar dengan tonjolan-tonjolan kecil dari karet. Ada pula pasung dan masih banyak lagi alat-alat yang membuat Ellis bergidik.
“Ah rupanya bidadari satu ini sudah siuman, kalian anjing-anjing FBI mengira bahwa kalian itu pandai ya? Hahahahaha …” terdengar tawa Abah Rohmat dengan nada yang jelas-jelas menghina.
Abah Rohmat terlihat memasuki ruangan itu bersama dua orang bawahannya. Mereka memasuki ruangan hanya dengan mengenakan celana dalam, bawahan Abah Rohmat yang satu bertampang sama buruknya dengan Abah Rohmat tetapi buncit dan yang satunya lagi terlihat kurus dan bertubuh lebih tinggi dari keduanya, tampangnya tidak lebih baik dari keduanya, kulit mereka sama-sama hitam karena sering terbakar matahari.
“Semenjak kedatangan kalian di Indonesia kami sudah memata-matai kalian, harus kuakui kalian cukup hebat karena dapat menggulung partner kami di Thailand dan China. Rupanya kalian sudah terlalu berbangga diri sehingga kalian cukup lengah, atau memang kalian memang bodoh?”
“Apa … apa yang terjadi dengan rekan-rekanku?” tanya Ellis
“Jangan khawatir, mereka sudah kukirim ke alam baka, kami ingin informasi dan hal itu bisa kami dapatkan darimu” jawab Abah Rohmat.
“Oh Tuhan … kalian memang biadab!” teriak Ellis sambil menangis setelah mengetahui kalau semua rekan-rekannya sudah dibunuh oleh Abah Rohmat.
“Sekarang kamu akan memberi tahu kami akses kode ke database FBI, posisimu cukup tinggi jadi kamu pasti memiliki clearance yang lumayan tinggi, sebutkan nama pengguna dan kata sandinya!!” hardik Abah Rohmat

Ellis terkejut karena Abah Rohmat tahu bahwa dirinya cukup berpangkat di FBI, dengan clearance level milik Ellis, Abah Rohmat bisa saja dengan mudah menghapus nama-nama yang termasuk daftar cekal FBI atau mereka juga bisa membuat nama-nama tertentu masuk dalam daftar special FBI sehingga mereka tidak perlu melewati custom atau memiliki visa untuk dapat masuk ke negri paman Sam. Sadar dengan apa yang mereka mungkin rencanakan, Ellis memutuskan untuk menutup mulutnya. Gemas karena Ellis tidak menjawab pertanyaan yang diajukannya, Abah Rohmat memerintahkan si buncit Daro dan si tinggi Jali untuk membawa Ellis ke arah kuda-kuda kayu dan mengikat kedua tangan Ellis menjadi satu dengan borgol rantai yang tergantung diatas kuda-kuda tersebut. Kaki Ellis berlutut mengangkangi kuda-kuda itu, celana dalamnya sudah dirobek-robek sehingga vaginanya langsung menyentuh karet bergerinjal-gerinjal itu, kedua tangannya terikat keatas dan dengan posisi tersebut payudara Ellis terlihat semakin tegak mencuat kencang menantang. Dengan hanya menjentikkan jarinya Daro dan Jali sudah tahu bahwa mereka boleh melakukan apa saja yang mereka inginkan. Abah Rohmat sendiri mengambil tempat duduk di depan mereka dan sambil menikmati tontonan di depannya tangannya mengusap-usap penisnya yang mulai terangsang. Daro mulai menjilati putting payudara Ellis dan sekali-kali digigit-gigitnya puting yang tegak menantang itu sementara Jali mengambil sebuah kotak yang seperti remote itu dan mulai memutar tombol yang bertuliskan vibration.
“Hkkkk …. Eeehhhmmmmm ….. mmmmhhhh ….”
Nafas Ellis tercekat karena dia mulai merasakan rasa nikmat dari puting payudaranya yang digigiti Daro dan juga dari karet di vaginanya yang mulai bergetar perlahan-lahan. Jali yang tidak puas dengan ekspresi Ellis segera memutar tombol vibration hingga setengah kekuatan dan memutar tombol yang bertuliskan heater juga sampai setengahnya. Ellis mulai tidak tahan untuk tidak mengerang seiring dengan getaran yang makin menguat dan dia mulai merasakan vaginanya mulai panas. Butir-butir keringat terlihat bertonjolan di sekujur tubuh putih mulus yang menggeliat-geliat dalam rangsangan-rangsangan kenikmatan yang di terimanya secara bertubi-tubi. Jali menempatkan diri di belakang Ellis dan tangannya meremasi payudara Ellis yang kini bebas karena Daro sudah melepaskan kulumannya dari puting Ellis dan sekarang melumat bibir Ellis yang merekah karena menahan gejolak birahinya. Ellis yang sudah lama tidak mendapatkan sentuhan lelaki mulai blingsatan dan tubuhnya terasa sensitif sekali. Tangan-tangan Jali dan Daro yang menggerayangi tubuhnya yang putih mulus mengkilat berkeringat itu semakin cepat membawanya ke gerbang orgasme. Jari jemari Daro tidak tinggal diam, klitoris Ellis yang sudah membengkak di usap-usapnya sambil sesekali di pencet-pencetnya klitoris Ellis yang membuat yang empunya mengerang-erang dengan penuh kenikmatan.
“OOHHHH….. AAAHHHH…. AAARRGGGHHHHH….. SHHH ….. HHGGHHHH…..” Teriakan keras Ellis menggaung di ruangan itu, setelah 15 menit penuh dengan rangsangan-rangsangan akhirnya Ellis tidak tahan lagi dan orgasme pertamanya pun meledak dengan kuatnya. Punggungnya menekuk membusur, kuluman Daro terlepas hingga Daro terjungkal ke belakang, begitu pula Jali yang saking kagetnya sampai mengumpat-umpat sambil meloncat ke belakang. Abah Rohmat tertawa tergelak-gelak melihat pertunjukan yang menggelikan itu.
Jali


Sementara tubuh Ellis terlihat mengejang-ejang selama satu menit dan akhirnya tergolek lemas, Ellis merasakan sakit di pergelangan tangannya yang terborgol dan menopang tubuhnya.
“Jali, kita harus memberi tamu kita pelayanan kita yang sebaik-baiknya” kata Abah sambil jari telunjuknya mengungkit keatas seperti memberi kode.
Jali yang mengerti maksudnya segera memungut remote kuda-kuda itu dan memutar semua tombol kontrolnya ke maksimum. Kuda-kuda itu segera bergetar dengan dahsyatnya, begitu pula pemanasnya semakin terasa panas. Tubuh Ellis tersentak kaget, Ellis berteriak-teriak seperti orang gila karena vaginanya yang sudah terasa sensitif itu kini dirangsang dengan ganasnya oleh mesin kuda-kuda itu, kepalanya menengadah, pergelangan tangannya terasa sakit oleh borgol yang membelenggu tangannya. Butiran-butiran peluh terlihat membanjiri tubuh basah mengkilat itu bagaikan anak sungai yang berlomba-lomba menuruni gunung, kaki Ellis bergetar-getar oleh rangsangan-rangsangan itu.
“OOHHHH … TIDDDAAAKKKK …. AAAAHHHHH …. AARRRGGGHHH …. GGGHHH …. HHHHAAAHHHHHH….. UUUGGHHHHHHH…. AAAAAAAAAAA ….” Akhirnya Ellis mendapatkan orgasme susulannya setelah 6 menit mesin itu berpacu merangsang Ellis, orgasme yang tak kunjung reda selama 5 menit selanjutnya benar-benar terlihat dampaknya pada tubuh Ellis, seakan-akan tubuhnya menginginkan yang lebih lagi, orgasme demi orgasme menghantam Ellis bagaikan palu yang seakan-akan ingin meluluh lantakkan tubuhnya dan hampir merenggut kesadarannya.
Abah menjentikkan jarinya dan Daro serta Jali segera mematikan mesin itu dan membebaskan pergelangan tangan Ellis. Dengan nafas terengah-engah dan tubuh yang masih bergetar-getar Ellis segera ambruk setelah tidak ada lagi yang menyangga tubuhnya.
Abah Rohmat yang sudah bugil itu menghampiri tubuh basah bersimbah keringat itu, mengangkatnya untuk memindahkannya ke kasur yang ada di lantai itu. Kepala Ellis bersandar di dada Abah sementara tangan Abah sibuk meremasi payudara Ellis.
“Wah kenyal sekali, nikmat sekali wanita ini” kata Abah sambil lidahnya menjilati leher Ellis yang bermandikan keringat itu. Ellis hanya dapat mengerang lirih ketika jari jemari Abah menggosok-gosok vaginanya dan memencet-mencet klitorisnya sementara lidahnya sudah turun ke ketiak Ellis dan merambati payudaranya dan akhirnya mengenyoti puting payudara Ellis.
“AAAHHHHH …..” teriakan Ellis terdengar pilu saat Abah menggigit kuat-kuat puting payudara Ellis. Abah yang sudah dibakar nafsu akhirnya mengubah posisi dan mendudukkan Ellis berhadap-hadapan dengannya, kepala penisnya perlahan-lahan membelah vagina Ellis saat tubuh Ellis yang licin melorot dari pelukan Abah.
“Ahhh … hmmmm ….. nnggghhhh ….” Kenikmatan yang dirasakan vagina Ellis yang dirojok oleh penis yang kokoh, besar dan panjang itu ternyata direspon secara tak terduga oleh tubuh Ellis.
 Tanpa disadarinya tubuhnya bergerak sendiri mencari kenikmatannya, dengan kakinya menjepit pinggul Abah Rohmat, tubuh Ellis bergerak naik turun menggenjot penis Abah yang serasa dijepit dengan kencangnya oleh liang surgawi milik gadis muda itu. Daro dan Jali yang tidak mau ketinggalan segera menempatkan diri mereka di sekeliling Abah bagaikan anjing yang meminta jatah makanan.

Setelah 15 menit dengan posisi saling menunggang, Abah membalik tubuh Ellis dan Abah Rohmat berbaring tiduran sementara Ellis mengulum penis Abah dengan mulutnya. Jali mengangkangi Ellis dengan penisnya menggosok-gosok punggung Ellis sambil kedua tangannya meremasi payudara Ellis yang menggantung bebas.
“Hmmmhhh … hhhmmmm …. Mmmm ….” Ellis hanya bisa mengerang-erang penuh kenikmatan saat vaginanya disodok-sodok dengan kencang dari belakang oleh Daro. Payudaranya terpental-pental maju mundur oleh gerakan Daro yang lumayan brutal, Jali tidak tahan lagi dan meremas-remas buntalan payudara Ellis dengan gemasnya. Tangan Abah merenggut rambut Ellis dan memaksa kepala Ellis untuk maju mundur lebih cepat lagi, Ellis pun berkali-kali tersedak dan menggapai-gapai mencari udara saat kepalanya terbenam di selangkangan Abah dan penis Abah merojok tenggorokannya. Daro berbaring sambil penisnya masih tetap mengocok vagina Ellis dan Jali mengambil posisi di belakang Ellis, tanpa ampun lagi penisnya merojok masuk membelah anus Ellis yang masih kering disertai oleh teriakan Ellis yang teredam penis Abah. Abah sendiri merasa lebih nikmat karena getaran-getaran yang ditimbulkan oleh tenggorokan Ellis. Posisi itu bertahan selama 20 menit dan sementara ketiga pria itu belum juga mendapatkan orgasmenya, Ellis sendiri sudah 4 kali orgasme, tubuhnya berkali-kali mengejang dan menggeliat dalam kenikmatan. Akhirnya Ellis tidak tahan lagi oleh siksaan kenikmatan yang diterimanya secara bertubi-tubi dan dengan satu erangan keras Ellis mencapai orgasme kelima dan terkuatnya.
“HHHHOOOOOHHHHH …. AAAAHHGGHHHHH ….. UHHNMMHHHH ….” punggung Ellis melengkung ke atas, keringatnya yang membanjir menetes-netes dari dagu, puting dan perutnya menghujani tubuh Abah yang berada di bawahnya.
Mata Ellis mendelik ke atas dan kulumannya pada penis Abah terlepas, pada saat yang sama ketiga pemerkosanya juga mendapatkan orgasme mereka, punggung Ellis terhujani sperma Jali, mukanya terhujani sperma Abah dan dari vaginanya menetes sperma Daro yang tidak tertampung lagi saking banyaknya. Setelah orgasme panjangnya, Ellis pun ambruk tergeletak tak sadarkan diri. Ketiga pemerkosanya hanya tertawa tergelak-gelak sambil meludahi tubuh Ellis yang terkapar terengah-engah bersimbah keringat dan sperma ketiga pemerkosanya. Ellis merasa dunia berputar dan dia melihat tubuhnya yang pingsan dan bermandikan keringat itu digotong oleh Jali dan Daro ke ruangan kecil dengan satu selang air, tubuhnya yang tak sadarkan diri itu disemprot air oleh keduanya dan dibersihkan dari keringat dan sperma. Ellis mendengar percakapan mereka dengan jelas.
“Wah pegawai FBI ternyata nikmat juga ya?”
“Dengan tubuh seperti ini pasti dia tidak ada masalah naik pangkat, cukup ngentotin bosnya, hahahaha …”
“Wah abah masih belum puas nih sepertinya, dia belum mendapatkan kode sandinya, jangan-jangan dia akan mengalami siksaan ranjang?”

Daro

Lalu semuanya kembali gelap dan berputar-putar, saat Ellis membuka matanya, tubuhnya sudah terikat terlentang berdiri dengan ranjang besi tanpa kasur itu menempel di punggungnya. Tubuh Ellis terasa bersih, rupanya selama dia tidak sadarkan diri, tubuhnya yang lengket karena sprema dan keringatnya maupun keringat para pemerkosa itu sudah dibersihkan.
“Sudah bangun rupanya, banyak yang takluk di siksaan ranjang, mari kita lihat apakah kamu bisa bertahan, ha ha ha ha ….” Abah tertawa-tawa hingga perutnya yang buncit terlihat terguncang-guncang.
Abah mencengkeram belakang rambut Ellis dan wajahnya tiba-tiba terlihat bengis, nafasnya terasa berhembus di pipi Ellis.
“Aku beri kamu kesempatan terakhir sebelum menjalani siksaan yang lebih ganas lagi, sebutkan kata sandi database FBI atau kita lihat seberapa tahannya dirimu.”
“Aku tak akan menghianati kepercayaan dan negaraku, you all can go to hell for all I care!” Ellis menolak memberikan kata sandi kepada Abah, hal itu benar-benar membuat Abah marah besar.
“Jali! Pegangi wanita jalang ini, sebentar lagi dia akan menjadi pelacur paling rendah, ha ha ha” Jali yang kelihatannya sudah tidak asing lagi dengan penyiksaan ini langsung tahu bahwa dia harus memegangi kepala Ellis sementara Daro memegangi lengan Ellis.
Abah mengambil tabung yang berisi cairan bening, menusukkan jarum suntik melalui membran karet yang menjaga agar isinya tetap steril dan mengisi tabung suntik itu dengan cairan bening tersebut. Setelah penuh dan memastikan bahwa tidak ada lagi udara dalam tabung maupun jarum suntik itu, Abah mendekati Ellis dan menusukkan jarum suntik itu ke leher Ellis, langsung ke aortanya. Abah mengosongkan isi tabung suntik itu diiringi oleh mata Jali dan Daro yang terbelalak melihat hal itu, rupanya dosis yang diberikan pada Ellis kali ini melebihi dosis biasa. Ellis merasa tubuhnya aneh, keringat mulai membanjir keluar dari seluruh pori-pori tubuhnya, tubuhnya terasa gatal ingin disentuh. Putingnya mencuat keluar lebih kencang daripada biasanya, klitorisnya mengembang dan terasa gatal pula. Kepalanya terasa pening bukan main. Ellis mulai menggeliat-geliat resah, tangannya sudah ingin menyentuh tubuhnya sendiri, meremas-remas payudaranya dan menggosok vaginanya tetapi posisi tubuhnya yang terikat erat membuatnya tak berdaya. Jali terlihat memasuki ruangan sambi membawa dildo besar berwarna hitam yang ditancapkan pada gergaji listrik sehingga jika gergaji tersebut dinyalakan dildo itu juga akan ikut bergerak maju mundur dengan kecepatan tinggi. Cairan vagina Ellis sudah membanjir keluar karena afrodisiac yang disuntikkan pada tubuhnya membuat dildo itu masuk dengan mudahnya menembus liang vaginanya.
"HHHGGG .... Aaahhhh .... aaahhhhh ..... aaaahhhhhhh" Ellis tercekat dan berteriak-teriak ketika dildo itu dinyalakan dan mulai mengocok vaginanya dengan kecepatan tinggi. Dalam waktu singkat Ellis sudah mendapatkan orgasme berturut-turut yang tidak dapat diredam karena dildo itu terus mengocok vaginanya. Keringatnya sudah menetes-netes membasahi lantai dibawahnya, tubuhnya bergetar-getar tanpa dapat dikontrol. Ketika dildo itu berhenti Ellis sudah tidak kuat lagi berdiri, tubuhnya ambruk dengan lemas dengan hanya bergantung pada kedua tangannya yang terikat di ranjang besi itu.

Selama satu jam berikutnya siksaan demi siksaan terus diterima Ellis, mereka entah melumat-lumat payudaranya, menempelkan alat pijat getar di putingnya dan klitorisnya, bahkan mengocok vagina Ellis dengan dildo yang ditempelkan pada mesin bor listrik.
Vaginanya sudah memar-memar dan terlihat membengkak karena siksaan demi siksaan yang terus diterimanya, orgasme demi orgasme yang menghantam makin menjebloskan Ellis ke dalam lembah kelam. Akhirnya semua menjadi gelap bagi Ellis 
Tik. Tik tik tik. Tik…, air hujan mengguyur semakin deras, ellis merasakan tubuhnya serasa remuk, lelah, putus asa menghinggapi dirinya tapi ia tetap bertahan walaupun sudah kesulitan untuk membuka kedua matanya.
Abah memaki panjang lebar, “sialan, brengsek.., masih tetap membandel..!! Jali.. ikat dia…,kita lanjutkan besok…!!! ” dengan kasar Jali mengikat kedua tangan ellis kebelakang, “besok ?? !! tapi bah… saya masih pengen…” Jali cengengesan. “ Ahh, terserah…, aku capek” Abah tidak mempedulikan Jali dan daro dan meninggalkan mereka.
“Stop it, pleaseee, no more, no more…” Ellis memohon
“haaaa ?? !! no more ?? di film – film juga biasanya mah cewe bule kuat begituan.. iya ngak ro…?”
“Bener , malahan bisa ngadepin banyak cowo…, di genjot sana sini, jungkir balik kaya akrobat…”
“Hssssshhhh ouchhhh…its hurtt” Ellis meringis saat Jali menjewer gemas bibir vaginanya.
“Ngaha ha ha ha ha…, sakit ya…, kalo ngak mau sakit, nihhh lu isep batang gw” Tangan Jali menjambak rambut dan menarik kepala ellis agar segera melakukan “tugasnya”, sementara Daro merenggangkan kedua paha ellis , mulut Daro mengecup ngecup paha ellis bagian dalam dan terus naik mengejar selangkangan ellis, mulut Daro terbuka lebar kemudian bagaikan seekor ikan hiu ganas yang kelaparan ia menerkam vagina gadis itu, melumat liar dan menghisap rakus menikmati cairan lendir lendir vagina ellis yang menggeliat lemah saat nafsu birahinya kembali bergolak semakin panas.
“Hmmmoufffhhh, hmmmouufffhhhhh” kedua mata Ellis mendelik delik saat batang Jali mendesak masuk kedalam tenggorokannya,
Mata Jali merem melek akibat rasa nikmat saat dinding tengggorokan Ellis berkontraksi kuat meremas – remas benda panjang di selangkangan laki laki itu. Daro mulai mengambil posisi menyerang, kedua kaki ellis mengangkang keatas dicengkram oleh tangan daro, batang yang berurat itu kembali menempel di vagina ellis, dengan sekali sodok Daro membenamkan batang kemaluannya tubuh moleknya yang bersimbah peluh berpeluk kembali terguncang dengan hebat saat batang milik Daro melesat keluar masuk mengocoki belahan sempit diselangkangan gadis itu yang memar kemerahan, aura mesum menyelimuti ketiga orang yang tengah asik “bekerja”

“No more!!, no more dimulut doang..!!! he he he, buktinya sekarang lu ketagihan ngisepin kontol gue kan… nga ha ha ha ha”Jali keenakan saat Ellis menjilati batang kemaluannya, batang lidah ellis seperti sedang mengikir menjelajahi lekukan – lekukan “topi” diselangkangannya, kemudian mulutnya bergerak turun naik mengecupi batang perkasa yang semakin menegang.
“ahhh, ahhhhh crettt crrrrrttttt” wajah ellis merona menahan nikmatnya gelombang klimaks , bibirnya meringis menikmati sentakan kuat aliran nafsu yang menggebu merayapi urat-urat syaraf disekujur tubuhnya hingga ia menggigil hebat.
Bagaikan gila tiba tiba Daro dan Jali menerkam Ellis, mereka menyusu dengan rakus sambil menggerayangi lekuk liku tubuh si gadis, buah ranum yang empuk empuk kenyal di dada ellis menjadi santapan bagi kerakusan dua orang laki laki liar yang berebut menikmati kehangatan tubuhnya, erangan dan rintihan lirih ellis menjadi pemicu kegarangan jali dengan kasar Jali menyeret ellis dan memposisikan tubuh gadis itu menungging, ujung kemaluan jali mencongkel congkel belahan Vagina yang berlendir kemudian mangarah pada kerutan lubang anus yang mengkerut saat ujung benda diselangkangan Jali menoelnya.
“BLOSSSHHHHH….”
“HEGGGHHH Akhhhhhh…, AOWWWWW,, Amphunn aWwwwwkkkkhhh, .”
Pedih sekali rasanya saat batang Jali merangsek kasar, jeritan dan erangan silih berganti keluar dari bibir ellis , tanpa ampun Jali menghentak hentakkan batangnya menyodomi ellis, kedua tangan jali mencengkram kuat kuat pinggangnya yang ramping, pekikan dan jerit kesakitan memanjakan telinga jali yang asik menunggangi ellis sementara Daro meraih dan meremas-remas buah dada Ellis yang terayun mengikuti irama sodokan kasar penis Jali.
“Uhhh, Auggghhh heeennnggghhh aaaaaa…..”
Sambil menarik tubuh Ellis, Jali menjatuhkan diri ke belakang, Mata Daro melotot melihat belahan Vagina Ellis yang merekah sementara batang Jali menancap kuat pada lubang anusnya, dengan senyuman mesum Daro mulai bergerak mensandwich Ellis.
“Oooooo, Ooooohhhhhhhh….”
“HA HA HA HA HA…”
Suara lenguhan keras ellis disambut oleh suara tawa bejat Jali dan Daro, liang anus dan liang Vagina Ellis menyempit diisi sesak oleh dua batang yang berusaha bergerak dengan susah payah, merayap berusaha masuk lebih dalam kedalam “sarungnya” masing masing, dengus nafas yang memburu terdengar keras , suara lenguhan tertahan mendirikan bulu roma dan geliatan lemah seorang gadis bertubuh putih  molek terlihat indah di antara jepitan tubuh – tubuh berkulit gelap yang tengah menikmatinya.
“ohhhhhhhh cruttt crutttt…nnggggghhh” entah untuk yang ke seberapa kali Ellis mencapai puncak klimaks sementara Jali dan Daro masih sibuk mengasah batang kemaluannya menikmati anus dan vagina sicantik hingga akhirnya terasa semburan lahar panas dan pelukan kuat kedua laki-laki itu yang seakan ingin melumat keindahan tubuh yang lunglai tak berdaya dan akhirnya ketiganya terengah dengan nafas tersenggal.

“Ellisss.. Ellissss…”
Antara sadar dan tidak Ellis membuka kedua matanya, ia seperti mendengar suara Jack,
“Jjaccckk. Toloooonggg akuuu…”
“Ellis…, ikut aku.. Ellisss…”
“aku tidak sanggup Jack, aku kesakitan, lelahhh…, sakit sekali Jackk”
“Ayo Ellis.. ayoooo…, aku tahu kau sanggup Ellis..”
Entah mendapat kekuatan dari mana tiba – tiba ellis berontak, sikunya menghantam ke belakang pada leher Jali sementara tinjunya mengarah pada dada Daro, Jali yang masih termegap hanya dapat mengeluh keras kemudian terkapar pingsan, sementara Daro terjungkal kebelakang “BRUKKKKK…”
“sialan….. “
Bagaikan macan betina Ellis menerkam Daro, kedua tangannya meelingkari leher laki-laki itu dan lututnya menghantam tepat keselangkangannya, “DUGGG…” “HUUUUNGGGGHHH” Daro melenguh keras, kedua matanya melotot dan kedua tangannya menekap sesuatu yang menggantung di selangkangan.
“Ellis.., Ellis..”
“j-jackkk.. kau dimana ?? Ohhhh…”
Dengan tubuh tergontai Ellis berpegangan pada dinding, dengan hati-hati ia menaiki anak tangga,
“krokkkk.. krokkkk.. kroooooook” suara orang yang sedang mengorok terdengar semakin keras, ellis mengendap memungut botol bir kosong , dengan sekali kemplang, disikatnya kepala Abar yang mendelik terbangun dari tidurnya”BUKKKKKKK “
“hegggghhhh croottttttt….” Abah mengalami mimpi basah yang ngak tuntas karena sudah keburu kelenger.
“ellisssss… ELLLISSSSS….” suara jack yang memanggil terdengar semakin jelas,
Ellis menolehkan kepalanya kearah kaca jendela, seraut wajah di balik jendela seperti membuat semangat dan tenaganya pulih, “Itu JACK”, kaki Ellis melangkah semakin cepat mengejar sosok bayangan Jack, aneh..!! berapa cepatpun ia berusaha mengejar, sosok Jack yang terlihat berjalan tetap tidak terkejar olehnya hingga suatu saat dan di suatu tempat, Jack berhenti.
“J-jack.. hhh .. aku rindu sekali… akuu…”Ellis memeluk Jack erat-erat dan dengan lembut Jack membalas pelukannya, detik demi detik berjalan lambat seolah memberikan kesempatan bagi kedua insan untuk saling melepas kerinduan,
“Ohhh…!” Ellis seperti teringat sesuatu, Jack masih hidup ?? bukankah ?? karena terkejut Ellis melepaskan pelukannya dan mundur ke belakang, ingatannya seolah menyadarkan ellis, akan sesuatu, kontan saja Ellis pucat pasi.

“NEW YORK —  A US Airways jet crash  Thursday between Manhattan and New Jersey after a flock of birds apparently struck its engines —  no one Survived” dan salah seorang korbannya adalah Jack.

“Jack ?? bukankan kau sudah….”
“Diitttttttt…… “Dengan spontan Ellis menoleh ke arah kanan, matanya silau oleh lampu sebuah mobil yang melaju kencang, dan…………
“Ellis.. Ellis…?? “
“Jack ?? “
“Apakah kau baik-baik saja ??”
“aku ?? ini ? ini dimana Jack ?”
“Lohhh… ?? apakah kau lupa empat ini ? ini tempat dimana kita pertama kali bertemu…, benar- benar keterlaluan…, mana hidungmu biar aku cubit… ha ha ha” jack mencubit hidung ellis yang mancung, karena ellis yang masih terdiam dan pucat pasi , jack menghentikan candaannya, dengan nada khawatir jack kembali bertanya
“Ellis…??whats wrong ? Are you ok ? “
“i…, no., noo, I,m ok, fine..”
Seorang pelayan memecah keheningan, menu ini, adalah menu yang sama dengan ingatan Ellis, makan malam yang romantis bersama Jack, semuanya seperti diputar ulang dan Ellis dapat mengingatnya, ia merasa pernah mengalami hal yang sama.

------------------
Dejavu : meaning "all over again") is the experience of feeling sure that one has already witnessed or experienced a current situation 
---------------------
Dan kini lampu berubah redup, Jack berdiri di atas panggung dan bernyanyi dengan suara emasnya.”Unchained melody” ya lagu itu lagu kesukaan Ellis.

Oh, my love my darling 
I've hungered for your touch  
a long lonely time  
and time goes by so slowly 
and time can do so much 
are you still mine? 
I need your love I need your love  
Godspeed your love to me  

Lonely rivers flow to the sea, to the sea  
to the open arms of the sea 
lonely rivers sigh 'wait for me, wait for me'  
I'll be coming home wait for me   

Oh, my love my darling  
I've hungered for your touch  
a long lonely time  
and time goes by so slowly  
and time can do so much 
are you still mine? 
I need your love I need your love 
Godspeed your love to me

Jack menghampiri Ellis dan berlutut, sebuah cincin , ya Ellis melihat sebuah cincin
“Ellis.., jadilah istriku..”
“maaf Jack.., aku.. akuu…”
“kenapa ? apakah kau tidak mencintaiku ?”
“Bukan itu….”
Kejadian hari itu kembali berulang, Ellis kembali harus memilih, antara karier dan cinta, apakah ia akan menerima cinta Jack hari itu ataukah ia akan memilih untuk menjadi agen FBI, cita-citanya yang diperjuangkan dengan keras dan kini ada di depan mata.
“aku belum siap Jack.. aku…”
“Tidak apa. Apa sayang… aku mengerti…” Jack tersenyum dan kemudian mengecup kening Ellis, canda dan tawa saling berganti dalam kemesraan yang membuat iri orang yang melihatnya, Jack yang jauh dari kata tampan tampak mesra dengan Ellis yang cantik menggoda. Kulit Jack yang hitam tampak kontras dengan kulit Ellis yang putih, keduanya bergandengan tangan menuju mobil, Jack mengantar ellis pulang entah kenapa semakin lama Ellis semakin gelisah. Ia tambah gelisah saat Jack berencana naik pesawat terbang, apakah kejadian itu akan berulang kembali, apakah kesepian yang mendalam itu akan benar-benar terjadi?? Setengah jam kemudian mereka sampai dirumah Ellis.
“yaaa.., tadinya jika kamu menerima lamaranku, aku berencana mengajakmu menemui pamanku di ranch miliknya, setelah orang tuaku meninggal, hanya dialah satu-satunya yang menjagaku selama ini…., tapi… rencana berubah… “
“maafkan aku Jack….”. batin Ellis berkecamuk
“no, no, its okay, I will always love …, and waiting for you.” Jack mengecup kening Ellis kemudian ia turun dan mengantarnya sampai ke depan pintu rumah gadis cantik itu, Dari depan pintu rumah Ellis terus menatap punggung Jack yang akan masuk ke dalam mobil
“Jackkkk.. tunggu…..”
“Ellis ? “
“Aku menerima lamaranmu Jack.. aku …”
“ohhh Elllis…..sungguhkah ?”
“ya Jack.., Sungguh….”

Di kemudian hari , ellis duduk dengan santai dikursi sofa , jantungnya berdebar keras saat melihat tajuk utama koran hari ini ...

“NEW YORK —  A US Airways jet crash  Thursday between Manhattan and New Jersey after a flock of birds apparently struck its engines —  no one Survived”

“Good morning…” seseorang keluar dari dalam kamar
“morning jack…”Ellis balas menyapa, ia tersenyum
Jack batal menjadi pengacara dan membantu pamannya mengurus sebuah ranch yang kini berkembang dengan pesat. Seorang negro bertubuh kekar memeluk tubuh putih yang sedang duduk santai di sofa dengan hanya mengenakan g-string berwarna merah.
"You're so sexy, baby ..." Jack memuji Ellis sambil tangannya meremas payudara putih berputing merah muda yang kenyal dan padat itu dengan disertai erangan lembut sang empunya.
Ellis memalingkan wajahnya dan bibirnya yang merah ranum berpagutan dengan bibir tebal Jack, keduanya saling memagut dalam gairah, lidah mereka saling bertemu, membelit dan bertarung. Tangan Ellis melingkar di leher Jack dan menariknya tiduran di sofa. Dua sejoli itu memadu cinta sepanjang hari bagaikan tiada hari akhir, saling menikmati setiap detik yang mereka miliki.

Mungkingkah dejavu adalah kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahan yang kita lakukan ??  the answers is yours…

Minami & Yohanna
Sungguh Puaskah Istri Anda ?